Sihir hujan

Hujan mengenal baik pohon, jalan, dan selokan
–swaranya bisa dibeda-bedakan;
kau akan mendengarnya meski sudah kaututup pintu dan jendela.
Meskipun sudah kau matikan lampu.
Hujan, yang tahu benar membeda-bedakan, telah jatuh di pohon, jalan, dan selokan
–menyihirmu agar sama sekali tak sempat mengaduh
waktu menangkap wahyu yang harus kaurahasiakan.
                                                                         Sihir Hujan – Sapardi Djoko Damono

Rabu, 15 Januari 2014, selepas waktu lohor. Langit di atas Masjidil Haram tiba-tiba mendung. Terik hilang, sungguh menguntungkan bagi orang yang sedang tawaf. Saya menyaksikan mendung itu dari lantai 2, arah sudut Rukun Yamani.

Mendung masih saja menggantung di langit. Dengungan bacaan Quran dan rapalan doa-doa memenuhi ruangan Masjidil Haram, hingga bilal melantunkan iqamah tanda shalat segera dimulai. Usai shalat, hujan turun dengan derasnya. Semua orang takjub – tak terkecuali saya, menyaksikan hujan membasahi Kabah. Kiswah Kabah yang sebelumnya berdebu karena aktifitas konstruksi perluasan masjid kembali hitam-legam, membuat Kabah semakin agung. Ya, sihir hujan telah membuat orang yang berada di Masjidil Haram memandang ke arah langit.

Saya sangat berharap kalau turunnya hujan tersebut adalah isyarat Gusti Allah bahwa doa-doa dikabulkan-Nya. Entah itu doa pribadi atawa doa-doa titipan dari kawan-kawan di Tanah Air. Sebuah hujan yang sangat indah dan menyejukkan perasaan.

Saya segera berjalan ke halaman Masjidil Haram untuk sekedar merasakan kehujanan di Tanah Haram. Beberapa kali kunjungan ke sini, baru kali ini saya berkesempatan melihat hujan. Hanya dalam bilangan dua puluh menitan, hujan berhenti. Tapi saya menyaksikan wajah-wajah yang bersukacita meskipun pakaian mereka basah kuyup.

Petugas-petugas Masjidil Haram dengan cekatan mengepel dan menyedot air yang membasahi lantai halaman masjid. Tak lama kemudian, orang-orang kembali duduk-duduk di lantainya yang sudah kering kembali.

Tiba di Tanah Air pagi tadi, saya kembali disihir oleh hujan. Rintiknya membasahi landasan bandara Soekarno Hatta. Sepanjang perjalanan pulang ke Karawang, hujan di beberapa titik. Jalan akses menuju bandara (bagian bawah) ditutup karena tergenang air. Rupanya hujan yang tiada henti telah melumpuhkan beberapa wilayah Jakarta.

Beberapa kecamatan di Karawang yang menjadi langganan banjir, awal tahun ini kembali terjadi luapan banjir, tentu saja, termasuk di beberapa blok perumahan tempat tinggal saya. Sihir hujan telah membuat banjir, bahkan di beberapa wilayah Tanah Air.

Semua kebagian untuk menikmati sihir hujan.