Banjir lagi nggak ya?

Ketinggian muka air Citarum sedang lucu-lucunya. Naik beberapa inci saja sudah bikin was-was, deg-degan dan berasumsi jangan-jangan banjir lagi. Soalnya, pegal-pegal di badan ini rasanya belum hilang setelah sibuk memindahkan barang ke tempat yang lebih tinggi, lalu ketika air surut pada sibuk bersih-bersih rumah dari lumpur banjir. Sebulan lalu, tepatnya tanggal 18 Januari 2013 Citarum meluap dan sebagian airnya menggenang di jalan, menutup sebagian jembatan bahkan masuk ke dalam rumah-rumah, termasuk rumah saya.

Ini kali kedua air Citarum masuk ke rumah saya, dengan ketinggian air yang mampu mengapungkan barang-barang yang ada. Ketinggian air yang masuk rumah tak setinggi banjir dua tahun lalu, lagi pula banjir sebulan lalu hanya “memaksa” mengungsi selama semalam saja.

Memang sih, saban melewati Citarum mau tak mau melongok kepadanya, berapa ia punya tinggi muka air. Secara kasat mata, saya punya ukuran psikologis untuk siap-siap kedatangan luapannya ketika ketinggian air sudah mengenai pipa PDAM yang melintang di bawah jembatan anak sungai Citarum. Nekjika tinggi sungai sudah mendekati pipa PDAM tersebut dapat dipastikan air sudah mulai merambat masuk ke jalan-jalan perumahan blok belakang yang berbatasan dengan sungai tersebut.

Semalam, sekira jam 10 terdengar woro-woro dari pelantang mesjid perumahan agar penghuni waspada karena air Citarum naik. SMS pun segera berseliweran dari teman-teman yang tinggal di perumahan lain yang biasanya paling dulu disapa oleh luapan air. Jika kabar dari teman-teman tersebut situasinya masih aman, maka kompleks perumahan tempat tinggal saya sedikit lebih aman.

Tengah malam, pelantang mesjid kembali berkoar. Air sudah masuk ke jalan-jalan perumahan sebelah. Barang-barang yang tersimpan di loteng sejak tanggal 18 Januari 2013 kemarin sengaja tidak saya turunkan, semalam ketambahan lagi barang dari bawah. Dua jam berikutnya, Nyai Nu Kieu berdering. Ada kabar dari teman kalau di perumahannya ada sepuluhan rumah yang kemasukan luapan air.

Dari gang depan rumah terdengar para tetangga keluar rumah meributkan air Citarum yang naik. Spekulasi yang biasanya muncul: pintu air Bendungan Jatiluhur dibuka! Berita semacam ini sulit dikonfirmasi kebenarannya.

Fenomena banjir akhir-akhir ini tergolong unik. Wilayah yang biasanya nggak kebagian jatah banjir bakal kebanjiran parah. Wilayah banjir makin meluas. Kalau sudah begitu mau pindah rumah ke mana?

Sambut dan nikmati saja sapaan air yang masuk ke dalam rumah. Toh, air sungai yang meluap ke mana-mana itu juga ada kontribusi kita, seperti membuang sampah sembarangan, membangun rumah tanpa memerhatikan resapan air, dan sebagainya.

Banjir hanya akan menjadi rahmat bagi orang yang mau bersyukur.