Hotel jam-jaman

Rentang waktu seminggu rasanya cepat sekali, tahu-tahu sudah hari mendekati Jumat lagi. Seminggu saja terasa cepat apalagi kalau cuma sehari. Sehari yang berdurasi 24 jam, rasanya kurang untuk menyelesaikan pekerjaan ini-itu. Dunia seperti dimampatkan lalu diputar seperti gasing. Tahu-tahu sudah maghrib.

Ada sementara kalangan yang menganggap waktu berjalan sangat lambat. Semoga Anda bukan termasuk kelompok ini, sebab mereka yang ‘lelet’ akan tergilas roda zaman yang berputar seperti gasing tadi.

Seorang kawan saya bercerita kalau istrinya sudah berkomentar seperti ini: rumah kita ini mirip hotel jam-jaman. Kenapa begitu, mas? Coba perhatikan rutinitas kawan saya: bangun tidur ia tak sempat santai barang sejenak, lihat berita TV misalnya, ia langsung sambar handuk. Di kamar mandi ia melakukan aktifitasnya secara refleks, ganti baju, pakai sepatu dan blasss…… berangkat ke kantor. Pagi sekali ia harus keluar rumah untuk hindari macet jalanan. Sampai di kantor buka laptop-nya sambil ngemil kue dan nyruput teh atawa kopi, selanjutnya kegiatan datang bertubi-tubi, tahu-tahu sudah jam delapan malam.

Kalau tidak ada meeting lanjutan, ia segera pulang ke rumah. Kena macet lagi. Sangat beruntung jika sampai di rumah masih menemui anaknya dalam keadaan terjaga, tetapi kejadian seperti itu belum tentu ia dapati sebulan sekali. Badan capek, segera mandi, berangkat ke pembaringan. Tidur. Lalu, pagi-pagi sekali bangun dan seterusnya dan seterusnya rutin seperti itu. Ia tidur di rumah paling banter 3 atawa 4 jam. Tak heran jika istrinya berkomentar rumah mirip hotel jam-jaman.

Saya juga berharap Anda bukan termasuk kalangan seperti kawan saya di atas. Ikuti saja kata mBak Fety Vera: yang sedang-sedang saja, yang lebay tak bagus untuk kita.

Beruntunglah bagi kita yang dapat memanfaatkan waktu 24 jam seolah-olah 30 jam.