Awal persahabatan Rama dan Sugriwa

Tidak lama Rama dan Laksamana berada di Ayodya. Mereka terus mencari di mana Sinta berada. Meskipun jejak Sinta di KM 54+400 terlihat jelas, namun Rama tidak tahu ke mana arah penculik istrinya itu. Meskipun ia inkarnasi Dewa Wisnu, Rama tetaplah manusia yang punya keterbatasan akal. Ia hampir putus asa mencari Sinta.

Kakak beradik anak Raja Ayodya itu terus berjalan mengikuti jejak penculik Sinta. Setiap bertemu seseorang mereka menanyakan apakah melihat jeep Land Cruiser membawa seorang perempuan cantik, seperti petunjuk Jatayu yang disampaikan kepada Rama. Ketika rasa putus asa mulai timbul di hati mereka, tibalah mereka di wilayah Kiskenda, di bawah kekuasaan Raja Sugriwa pemimpin klan kera.

Tanpa mereka sadari sepasang mata sedang mengawasi kedatangan mereka. Rama dan Laksmana yang kelelahan istirahat di bawah sebuah pohon yang rindang, sambil menyusun rencana berikutnya.

Dari balik pohon yang lain, pemilik sepasang mata itu terus memerhatikan tingkah Rama dan Laksmana. Ya, spionase yang mengawasi gerak-gerik Rama dan adiknya itu tak lain adalah Hanoman, sang kera putih anak Dewi Anjani, adik Sugriwa. Hanoman yang juga keponakan Sugriwa itu ingin sekali mendekati Rama dan Laksmana. Tetapi jika ia bertemu dalam wujud kera, ia kuatir Rama dan Laksmana menghindar bertemu dengannya. Maka, ia melakukan alih-rupa menjadi seorang ilmuwan muda.

“Siapakah kalian berdua? Meskipun penampilan kalian seperti pertapa, namun kalian membawa senjata seperti seorang ksatria. Wajah kalian bercahaya, kalian pasti bukan manusia kebanyakan,” sapa Hanoman.

Rama maswih diam dan menoleh ke arah adiknya. Lalu berbisik, “Kamu jangan silau oleh penampilan orang ini, Laks. Ia hanya berpura-pura menjadi ilmuwan muda.”

Hanoman yang mendengar kata-kata Rama itu pun akhirnya mengubah wujud aslinya, kera putih. Hanoman menghaturkan sembah kepada Rama.

“Saya adalah putra Dewi Anjani, tuanku. Juga keponakan dari Raja Sugriwa penguasa wilayah Kiskenda ini,” sembah Hanoman.

“Baiklah Hanoman, aku terima sembah baktimu. Sekarang antarkan aku kepada rajamu,” perintah Rama. “Kami adalah putra mendiang Raja Ayodya. Kami berada di wilayahmu ini sedang dalam misi pencarian istriku, yang diculik oleh seseorang. Barangkali, Raja Sugriwa nanti bisa membantuku.”

~oOo~

Sugriwa menyambut Rama dan adiknya dengan sangat ramah.  Dari pandangan pertama dan sikap yang ditunjukkan oleh Sugriwa, dalam hati Rama menilai kalau Sugriwa tulus bersahabat dengannya. Hari itu mulai terjalin hubungan persahabatan antara Rama dan Sugriwa, antara Ayodya dan Kiskenda. Dalam sehari mereka terlihat sangat akrab, bahkan Sugriwa mulai membuka diri menceritakan kisah hidupnya.

Lalu, Sugriwa menceritakan kisah awal kenapa ia berujud kera. Dengan takzim, Rama mendengar kisah tragis yang dituturkan oleh Sugriwa.

“Hmm… gara-gara rebutan Cupumanik Astagina, ya?” kata Rama manggut-manggut, melanjutkan bertanya, “Lalu di mana Subali kakak kembarmu itu?”

“Ada kisah di mana akhirnya aku dan kakakku itu bermusuhan. Meskipun aku tidak melakukan kesalahan apa pun, aku dibuang dan diasingkan hingga aku mendirikan klan kera di wilayah gunung Matanga sini!” ujar Sugriwa.

“Maksudmu, kamu kehilangan rumah dan dipisahkan juga dari istrimu?” tanya Rama penasaran akan kisah Sugriwa nanti.

Namun Sugriwa diam saja. Raut mukanya berubah menjadi sangat sedih. Bahkan air matanya berkaca-kaca. Bibirnya bergetar, namun tak satu pun kata terucap dari bibirnya itu. Sugriwa menundukkan kepala. Telapak tangannya menghapus air mata yang menggenang di sudut matanya.

“Maaf, jika pertanyaanku membuatmu makin berduka, Sugriwa,” hibur Rama.

“Tidak apa-apa. Tidak mengapa. Biarkan Hanoman saja yang menceritakan semuanya…,” Sugriwa menatap keponakannya itu dan menganggukkan kepala sebagai isyarat agar Hanoman menceritakan kisah Sugriwa.

Hanoman menggeser duduknya dan memulai bercerita.

bersambung minggu depan, lur!