Anjing dan Bayangannya

Bak sampah yang berada di ujung gang itu telah penuh dengan tumpukan sampah. Sudah dua hari ini truk sampah milik pemerintah daerah belum juga mengangkutnya. Aroma khas sampah sudah mulai menyeruak dalam radius puluhan meter.

Sampah selalu saja menjadi masalah yang tiada berkesudahan penyelesaiannya. Sosialisasi untuk memisahkan sampah basah dan sampah daur-ulang pernah dilakukan, tetapi dalam pelaksanaannya ternyata tidak mudah. Bangsa yang beradab tahu cara mengelola persampahan.

Di tumpukan sampah tersebut terlihat seekor anjing yang tengah mengorek-orek sampah. Tidak jauh dari tempatnya berdiri, beberapa ekor kucing tengah menikmati kepala dan tulang ikan asin. Anjing menggeram kuat ketika menemukan sebuah tulang yang cukup besar.  Begitu tulang itu tertangkap oleh mulutnya, anjing bergegas meninggalkan tempat itu. Apalagi dari kejauhan ia melihat anjing lain berlari mendekati bak sampah.

Anjing itu senang bukan main mendapatkan tulang yang masih segar. Ia berlari terus untuk mencari  tempat yang nyaman untuk menikmati tulang itu. Ia berfikir jangan sampai ada yang tahu kalau ia mendapatkan rejeki yang tiada terduga. Ia sudah menentukan arah tujuannya mau ke mana.

Ya, untuk  mencapai tempat yang dimaksud  ia harus menyeberangi sebuah sungai. Dan pada jalan setapaknya memang ada sebuah jembatan bambu yang biasa digunakan oleh para petani jika ingin pergi ke sawah atau kebunnya. Dan ia pun harus menyeberangi sungai itu melalui jembatan bambu.

Pelan-pelan kakinya dilangkahkan di atas titian bambu. Tanpa sengaja, matanya menatap sebuah banyangan dirinya yang terpantul dari air sungai.

“Ghrrrr…..” Ia mengeram hebat. Bayangan tersebut ia kira seekor anjing lain mengikutinya. Ketika ia mendekatkan kepalanya ke arah air, bayangannya ikut mendekat ke arah moncongnya. Ia semakin marah ketika dilihatnya bayangan itu juga membawa tulang, bahkan menurut perasaannya tulang tersebut lebih besar dibandingkan dengan miliknya. Ia ingin memiliki tulang yang lebih besar itu.

Dan malapetaka itu pun dimulai dari sini.

“Ghrrr… huk..huk..huk…” ia menyalak sangat keras untuk menakut-nakuti anjing bayangan. Ia mengancam anjing bayangan agar menyerahkan tulang itu kepadanya. Tapi apa lacur, ketika ia berteriak tulang yang tercengkeram di mulutnya jatuh ke sungai. Ia makin marah karena mengira kalau anjing bayangan itu merebut tulangnya.

Tanpa pikir panjang ia segera menceburkan diri ke dalam sungai untuk merebut tulangnya. Tentu saja ia tidak menemukan siapa-siapa di dalam sungai. Bahkan tulang yang jatuh tadi terhanyut ke arah hilir.

Anjing mulai panik ketika menyadari ia tidak pandai berenang. Ia hampir tenggelam.

“Makanya, jangan serakah. Beginilah akibatnya!” ujar Kyaine yang kebetulan sedang berada di sekitar TKP sambil menyodorkan sebatang kayu ke arah mulut anjing.

Note: Judul dan alur cerita oleh Jumialely