Aja nampani kabecikan liyan mbokmenawa kowe ora bisa males

Aja kaduk nampani kabecikan, mbokmenawa kowe ora bisa males, presasat nandhang pangerang-erang. Jalaran yen wong ora bisa males kabecikan, keh-kehane nduweni cipta, menawa kang gawe kabecikan ndakwa kowe kurang ing panarima. Wasana kang kapotangan becik ora enak ing ati, lawas-lawas bisa dadi lan gethinge.
Panjebar Semangat No. 14 – 2 April 2011

Jangan mudah menerima kebaikan orang lain, karena siapa tahu kita tidak bisa membalas kebaikan itu. Bisa jadi orang yang memberikan kebaikan tadi menganggap diri kita tak tahu diri, apalagi jika orang tersebut ada pamrih di balik pemberian kebaikan tadi. Ujung-ujungnya tidak mengenakkan hati dan lama-lama tumbuh suatu kebencian.

Siapa sih yang tak senang dibantu orang lain ketika kita sedang mengalami suatu kesulitan?

~oOo~

Jaman berubah dengan sangat cepat, namun perubahan itu tak secepat dengan bertambahnya penghasilan kita setiap bulannya. Sebentar lagi tahun berganti. Di Januari nanti kita mulai berhitung berapa persen kenaikan gaji kita, apakah lebih rendah atawa lebih tinggi dari nilai inflasi? Ah, ngomongin gaji sih nggak ada habis-habisnya.

Kunci utamanya adalah menyukuri apa yang didapat saat ini. Sebesar apa pun gaji yang diterima, kalau tidak ada rasa syukur tetap saja berasa kurang saja. Besar pasak daripada tiang, akhirnya.

Maka tak heran bisnis utangan tumbuh pesat, baik yang dikelola oleh pribadi maupun yang berbadan hukum. Iming-imingnya sangat menggiurkan bahkan begitu mudah. Tinggal bongkar lemari, cari surat-surat penting milik sampeyan: Sertipikat Tanah, SK PNS, atawa BPKB. Semua itu bisa jadi agunan untuk mendapatkan hutang.

Tertarik berbinis dengan bank plecit alias bank yang dikelola oleh orang-pribadi? Syaratnya semakin mudah. Bahkan kartu ATM sampeyan bisa jadi agunan! Bagi yang punya kartu kredit ada fasilitas kredit tanpa agunan! Hutang ke bank, sudah. Hutang ke Koperasi, sudah. Hutang ke bank plecit, sudah. Hutang ke mertua, sudah. Hutang ke teman, sudah.

Hopo hora huenak??

Enak saat cair hutangannya. Nanti, ketika masa pengembalian hutang telah tiba kepala mulai senat-senut. Di saat sampeyan pusing tujuh keliling mikirin semua hutang yang harus dilunasi, tiba-tiba datang seseorang menawarkan kebaikannya.

Pripun mas, kalau semua hutang sampeyan saya bayari?”

“Waduh, matur nuwun sanget.”

Ngimpi…..!!!”

~oOo~

Note: Tulisan ini untuk menyemarakkan Gerakan 30 Hari Menulis (G30HM). Minggu 2: #5