Agustus-8 | Sekali merdeka tetap merdeka

Pasca Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan kemerdekaan RI dan proklamasi tersebut membahana ke seluruh dunia, tantangan bangsa Indonesia selanjutnya adalah mempertahankan kemerdekaan RI tersebut. Sungguh berat nian perjuangan para pahlawan kita dulu, sehingga mereka siap berkorban jiwa dan raga agar penjajah tak mengusik lagi harga diri bangsa.

Belanda dengan tentara sekutunya membombardir sebagian wilayah Nusantara dengan peralatan perang yang sangat canggih di waktu itu, sementara tentara dan rakyat Indonesia menggunakan senjata seadanya, toh akhirnya bangsa Indonesia mampu memenangkan pertempuran. Perang gerilya dan diplomasi yang dilakukan oleh tokoh-tokoh bangsa membuat musuh takluk dan mereka mengakui kedaulatan Indonesia.

Dengan berbekal tekad dan semangat “Merdeka atau Mati” maupun bersemboyan “Sekali merdeka tetap merdeka” Indonesia mampu berdiri tegak sejajar dengan negara-negara berdaulat di dunia ini. Sampai sekarang.

Mas dan mBak Bro, sungguh saya sangat sedih nekjika ada di antara kalian menyatakan kalau Indonesia belum merdeka sehingga sampeyan sekalian belum menikmati kemerdekaan itu.

Memang patokan kemerdekaan sampeyan itu apa?

Kita mulai dari prosesi kelahiran kita. Ibu kita tak perlu ditandu dengan secara sembunyi-sembunyi untuk sampai di rumah sakit atawa praktek bidan karena takut ada musuh yang menyerang atawa menyergap keluarga kita. Kelahiran kita disambut dengan suka-cita tanpa ada rasa cemas. Masa kecil kita juga sangat menyenangkan. Kita bebas bermain di halaman rumah tanpa takut adanya peluru nyasar karena memang tak ada perang di sekeliling kita.

Ketika memasuki bangku sekolah, kita bebas memilih sekolah mana yang dikehendaki. Tak lagi kita menggunakan sabak atawa grip sebagai alat tulis, namun sudah berupa buku yang kualitas kertasnya sangat bagus. Di luar jam sekolah, kita bebas berpakaian apa saja, dengan warna dan model apa pun yang kita suka sebab tak ada pembatasan. Jika mBak Bro mau berkerudung ya silakan saja, mau yang model pakaian menjurai menyapu jalan atawa ketat seperti bungkus lontong, oke-oke saja. Pun dengan Mas Bro, mau bercelana pendek, tiga prapat, atawa sengaja disobek-sobek sumonggo kerso. Mau internetan seharian, terserah. Mau unjuk rasa, ada UU yang mengaturnya. Mau kuliah di luar negeri, please.

Ketika sudah berumah tangga dan bermasyarakat, kita juga mempunyai kemerdekaan dalam pergaulan. Mau beli rumah seharga milyaran nggak ada yang protes, mau punya motor lima ya nggak apa-apa. Mobil berjejer di garasi, silakan. Mau hidup sederhana, boleh.

Kurang merdeka apa coba?

Mungkin sampeyan akan protes dan menyatakan: loh bukankah saat ini kita dijajah secara ekonomi dan budaya oleh bangsa lain? Menurut saya, salah kita sendiri kenapa mau dijajah. Toh kita punya pilihan untuk tidak mau dijajah, bukan?

Hmm, betapa sulit mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang telah diraih oleh pendahulu kita dulu, ya.