Ada kalanya pengin pensiun, tapi bukan sekarang


Beberapa belas tahun lalu, saat saya mengikuti salah satu pelatihan James Gwee pernah punya keinginan untuk pensiun di usia 48. Maunya pensiun dini dengan status finansial di kuadran 4 versi Cashflow Quadrant milik Robert Kiyosaki. Ehm, tahu-tahu target usia pensiun terlewati begitu saja, saya tak melakukan apa pun untuk mencapai kebebasan finansial di usia muda.

Kalau sedang melamun saya suka membayangkan enaknya hidup sebagai pensiunan: punya warung kelontong kecil merangkap sebagai marbot masjid. Tidak sekarang bro, tanggunganmu masih banyak yang belum kelar!

Bagai Lucy bersama Mr. Tumnus

Mumpung anak-anak belum pada mentas, saya memanfaatkan sebaik mungkin waktu yang saya miliki untuk bisa selalu bersama mereka. Ketika kelaparan di malam hari, dan saya ingin membuat mi rebus, saya tawarkan kepada mereka: mau tidak malam ini kita pesta mi?

Momen seperti inilah yang membuat saya bahagia, apalagi melihat anak-anak dengan lahapnya mengudap mi rebus yang saya bikin. Sajiannya tidak mirip seperti yang tergambar dalam bungkus mi instanĀ sih, tetapi dengan tambahan telur dan sayuran mi tersebut tidak terlihat sebagai mi instan.

Jika Anda pecinta dongeng The Chronicles of Narnia, bayangkan saya menjadi Mr. Tumnus yang dengan riang hati menjamu Lucy ketika berkunjung ke rumah makhluk jenis faun tersebut. Menyenangkan sekali bukan?

Sesekali saya masih mengulang momen-momen seperti itu.

Hujan Agustus di Kota Jogja

Awal bulan ini saya berkunjung ke Jogja, memilih hari Sabtu – Minggu. Kalau sudah jadi pensiunan tak perlu memilih hari libur, kan? Kesempatan tersebut saya pergunakan menyusuri jalan-jalan Kota Jogja bersama Kika, dengan mengendarai motornya.

“Pa, malam ini ada Konser Kla. Tapi tiketnya mahal.”

Tapi karena ada urusan yang lebih penting, maka pembicaraan konser tidak berlangsung lama. “Kamu hapalkan jalan-jalan ini, jangan hanya hapal jalan Tamsis saja!”

Malam itu kami kehujanan – jas hujan yang ada di motor hanya bisa dipakai satu orang saja – tetapi tas yang kami bawa bisa terlindung di balik jas hujan yang dikenakan Kika.

Sampai di kosan, untuk menghangatkan badan saya menyeduh dua gelas teh manis panas. Satu untuk saya, sisanya untuk Kika. Mirip Mr. Tumnus yang membikinkan minuman hangat untuk Lucy, sahabat yang baru dikenalnya.