Abu Bakr bukan Khalifatullah

Setelah Abu Bakr dibaiat seseorang memanggilnya dengan kata-kata, “Ya Khalifatullah.” Abu Bkr tidak membiarkan orang itu meneruskan bicaranya, melainkan langsung diputus: “Aku bukan Khalifah Allah, tapi Khalifah Rasulullah.”

Khalifah menurut gambaran Abu Bakr

Kata-kata ini diungkapkan oleh para sejarawan sebagai bukti tentang sifat Abu Bakr yang sangat rendah hati dan bijak. Menurut hemat saya kata-kata itu perlu kita renungkan dengan arti yang lebih dalam, yang ada hubungannya dengan kepribadian dan watak Abu Bakr, yakni betapa jelasnya Muslimin dahulu itu melukiskan konsep pemerintahan. Berabad-abad sudah berlalu sebelum pemerintahan Rasulullah, disusul pula dengan berabad-abad sesudahnya, dalam pada itu sudah sekian banyak bangsa dengan raja-raja dan penguasa-penguasanya yang menganggap diri khalifah Allah, wakil Tuhan di bumi. Oleh pengikut-pengikutnya memang dianggap demikian. Dengan begitu mereka menyandang kesucian, yang tak ada pada orang lain, seperti halnya di Mesir pada zaman Firaun dahuku kala, di antara mereka ada yang berkata kepada bangsanya: “Akulah Tuhanmu Yang Tertinggi.” Kebanyakan orang Mesir ketika itu mempercayai sifat-sifat ketuhanan itu pada raja-raja mereka, lalu kepercayaan demikian tambah diperdalam oleh propaganda para pendetanya. Demikian pula halnya di Asiria, di Iran, di India dan lain-lain yang semasa dengan Firaun. Raja-raja yang paling rendah hati masa itu menganggap diri wakil Tuhan di bumi.

Pada abad-abad pertengahan di Eropa banyak dari kalangan pendeta yang menganggap para raja itu memang benar-benar suci, kesucian yang diperoleh dari Tuhan sehingga kekuasaan mereka atas nama manusia sudah tidak terbatas lagi, dan menganggap mereka wakil-wakil Tuhan. Kata-kata mereka turun seperti wahyu dan perintah mereka seperti perintah Tuhan yang tak boleh ditolak. Sampai abad ke-15 pandangan ini masih diterima baik di Eropa, dan sampai abad ke-17 pada beberapa bangsa lain. Orang tak dapat mengatasi hal itu, meskipun ilmu pengetahuan sudah berkembang dan peradaban sudah maju. Kecuali dengan revolusi-revolusi kekerasan yang menelan ribuan, bahkan puluhan ribu manusia, yang mereka korbankan demi prinsip-prinsip yang mereka perjuangkan: kemerdekaan, persaudaraan dan persamaan.

Ideologi yang menguasai dunia selama berabad-abad itu, dan menguasai Eropa sampai belum lama ini, itulah yang ditolak oleh Abu Bakr dengan kata-katanya: “Aku bukan Khalifah Allah, tapi Khalifah Rasulullah.”

Khalifah Rasulullah dalam memimpin Muslimin dan politiknya saja

Abu Bakr tidak menolak bahwa dia memang Khalifah Rasulullah, tetapi menggantikan Rasulullah SAW dalam memimpin kaum Muslimin serta mengurus segala kepentingan mereka dalam batas-batas yang sesuai dengan apa yang diperintahkan dan dilarang oleh Allah. Tetapi yang di balik itu, yang dikhususkan Allah hanya bagi Rasul-Nya, tak pernah terlintas dalam pikiran Abu Bakr bahwa dia juga mewakilinya, juga khalifahnya. Bagaimana hal ini akan terpikirkan, bukankah Rasulullah penutup para nabi dan para rasul, tak seorang pun dapat menggantikan kenabian dan kerasulannya! Dia sudah menjadi pilihan Allah, yang diberi Kitab dengan segala kebenarannya, agama orang-orang beriman yang sudah dilengkapi dengan kenikmatan, sudah disempurnakan bagi mereka. Itulah yang diucapkan Abu Bakr dalam pidato pelantikannya dengan mengatakan:

“Dalam hal ini saya sudah terpilih, dan saya menerimanya dengan rasa berat hati. Demi Allah, yang saya harapkan sekiranya ada di antara kalian yang menggantikan saya. Sungguh, jika kalian menugaskan saya untuk untuk bekerja seperti yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW saya tidak sanggup. Rasulullag SAW seorang hamba yang diberi kehormatan oleh Allah dengan wahyu, yang akan membebaskannya dari kesalahan. Tetapi saya seorang manusia biasa dan saya bukanlah yang terbaik di antara kamu sekalian. Awasilah saya; jika kalian melihat saya berlaku baik, taatilah saya, dan kalau kalian melihat saya sudah menyimpang, luruskanlah.”

Sudah kita lihat bagaimana Abu Bakr memerangi mereka yang mengaku-aku nabi, dan mereka yang murtad dari agama Allah serta keimanan kepada Rasul-Nya, dan bagaimana gigihnya ia memerangi mereka itu semua, sampai akhirnya mereka kembali kepada agama dan petunjuk yang benar.

Khalifah terpilih

Sesudah Rasulullah, atas pilihan dan kehendak umat Abu Bakr yang memegang pucuk pimpinan umat Islam dengan segala persoalannya. Allah tidak mengutus seorang khalifah untuk mereka sebagaimana Muhammad yang diutus kepada mereka itu, dan dia tidak lebih diutamakan dari yang lain kecuali dengan takwa. Tidak pula dia merasa berhak memerintah umat Muslimin di luar batas-batas Kitabullah dan sunah Rasulullah. Itulah yang diucapkan Abu Bakr radiallahu ‘anhu dalam pidato pelantikannya: “Taatilah saya selama saya taat kepada (perintah) Allah; tetapi bila saya menyimpang dari perintah-Nya, maka gugurlah kesetiaanmu kepada saya.”

~0O0~

Alangkah berat tugas dan tanggung jawab Abu Bakr sebagai pengganti Kanjeng Nabi dalam memimpin umat. Biografi Abu Bakr dapat dibaca dalam buku Abu Bakr As-Siddiq, Sebuah Biografi dan Studi Analisis tentang Permulaan Sejarah Islam Sepeninggal Nabi yang ditulis oleh Muhammad Husain Haekal yang diterbitkan oleh Litera AntarNusa (Cetakan kesembilan, 2009) setebal xxxix + 422 halaman. Artikel di atas disadur dari buku tersebut Bab 17 Pemerintahan Abu Bakr halaman 343 – 345.
Dalam buku biografi ini diulas dari  Bab Abu Bakr pada masa Nabi, pelantikan Abu Bakr, masyarakat Arab ketika Nabi wafat, pengiriman pasukan Usamah, memberantas pembangkang zakat, persiapan perang Riddah, Tulaihah dan Ekspedisi Buzakhah, Sajah dan Malik bin Nuwairah, Ekspedisi Yamamah, bekas perang Riddah, persiapan ke arah perluasan dan kedaulatan Islam, pembebasan Irak, antara Irak dan Syam, pembebasan Syam, Mussana di Irak, pengumpulan Quran, pemerintahan Abu Bakr, dari sakit sampai wafatnya.