Ustadz Asnoor ini memang ustadz yang unik, tidak mau dijemput atawa diantar oleh panitia yang mengundangnya. Dia akan berangkat sendiri, meskipun harus menggunakan kendaraan umum dan selalu tepat waktu, bahkan sebelum para jamaah datang ke tempat pengajian.
Arkian, Ustadz Asnoor diundang ceramah di wilayah Bekasi, mengajak sahabatnya, mas Jupri. Pulang kantor, mas Jupri menjemput di rumahnya. Di dalam perjalanan menunju tempat ceramah, ponsel Ustadz berdering, rupanya dia dihubungi oleh panitia pengajian. Ustadz mendapatkan pesan dari panitia supaya dalam ceramahnya nanti menyinggung tentang fadhilah (keutamaan) infaq dan amal jariyah, karena masjid yang digunakan untuk pengajian nanti membutuhkan dana untuk renovasi.
Dasar ustadz kocak, dalam ceramahnya menyelipkan humor yang membuat mata hadirin betah melek mendengarkan nasihat-nasihatnya. Dia juga tidak lupa menganjurkan kepada hadirin untuk bersikap ikhlas dan memperbanyak infaq, membudayakan akhlak yang pemurah, sifat dermawan, apalagi amal jariyah adalah untuk kepentingan masa depan di akhirat kelak. O, mas Jupri asyik mengamati perjalanan kotak kencleng yang diedarkan panitia. Setiap kali kotak kencleng sampai di depan seseorang, selalu saja ada yang memasukkan sejumlah uang. Dalam hati mas Jupri berkata: manjur juga nih ucapan Ustadz.
Pengajian selesai, panitia meminta Ustadz dan mas Jupri untuk tinggal sejenak untuk menikmati makan malam (benar-benar malam, hampir jam setengah dua belas malam). Ketika pamitan pulang, panitia pun memberikan amplop kepada Ustadz. Amplop diterima Ustadz, tetapi disodorkan kembali kepada panitia yang memberikan amplop tadi.
“Amplop ini sudah ane terima, sekarang ane sumbangkan untuk renovasi mesjid. Ente tadi kan bilang, mesjid ini butuh dana.” Tentu saja panitia senang menerima sumbangan Ustadz.
“Terima kasih pak haji. Terima kasih. Jazakumullah khairan katsiraa.” Mata panitia terlihat begitu berbinar-binar. Selang beberapa waktu kemudian, panitia mengeluarkan tanda terima sebagai bukti kalau Ustadz Asnoor menyumbang pembangunan masjid.
Begitu melihat angka dalam kuitansi, si Ustadz tidak bisa menyembunyikan rasa kagetnya. Mas Jupri bisa melihat dari ekspresi wajah Ustadz di sampingnya itu.
Dalam perjalanan pulang, sambil berkelakar Ustadz bilang ke mas Jupri, “Ternyata isinya lumayan besar mas. Napa ane tadi nggak buka amplopnya dulu dan sumbangkan separohnya aja ya!”
Mas Jupri berkomentar singkat, “Sudah… ikhlaskan aja Tadz!”
“Iye, ane sudah ikhlaskan kok,” jawabnya, lemes.