Saya meninggalkan UGM pada awal tahun 1992 dan terhubung kembali dengan UGM kira-kira satu setengah tahun lalu, ketika teman-teman dari LPPM – UGM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada) melakukan penjajagan kerja sama dengan perusahaan di mana saya bekerja.
Dari mereka saya mendapatkan kabar tentang teman-teman kuliah saya yang mengabdikan dirinya sebagai dosen di UGM, beberapa di antaranya sudah pada bergelar Doktor bahkan ada yang Profesor. Benar, setelah beberapa kali bertemu dengan teman-teman LPPM, ternyata profesor-profesor sekarang itu umurnya masih relatif muda, tidak seperti bayangan jaman dulu kalau profesor itu penampilannya botak, berkaca mata, atawa jalannya terbungkuk-bungkuk.
Pada acara pembukaan 4th Indonesia Industry Research Forum (IIRF) mata saya terpaku pada sosok yang sedang berpidato di podium – Prof. Dr. Suratman, MSc – Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Saya seperti mengenal Pak Suratman ini, tapi ketemu di mana ya…
Pada saat acara makan siang, Mas Yahya – pengurus LPPM – UGM (Jakarta) menghampiri saya dan berkata, “Mas, masih kenal sama Pak Ratman nggak?” Baru saya ngeh kalau Pak Ratman yang membuka acara 4th IIRF, benar dosen saya di Fak. Geografi dulu. Saya sempat diajar Pak Ratman di semester 1 atawa dua, sebelum penjurusan.
Saya pun menemuinya dan ngobrol lumayan gayeng.
“Saiki nang endi?” tanyanya.
“Di Kawasan Industri pak,” jawab saya.
“Ilmu geografimu kepake nggak?” tanyanya lagi.
Saya jawab kalau ilmu geografi masih terpakai di pekerjaan saya sehari-hari meskipun nggak dominan. Saya jadi pendengar setia ketika Pak Ratman bercerita mengenai Fak. Geografi sekarang ini. Di akhir pertemuan, kami bertukar kartu nama.
“Ojo lali dolan UGM yen pas nang Nyogya!” katanya.
“Inggih pak,” jawab saya.