Tentang menikmati makanan

Nekjika kebetulan pergi ke pusat perbelanjaan, lalu pas waktu makan  mampir ke konter fast-food, saya akan pesan porsi standar saja karena di ujung waktu makan nanti saya akan bertugas menghabiskan makanan yang dipesan oleh anak-anak, kadang termasuk minuman bersodanya. Lha, bagaimana lagi wong makanan sudah dibayar, daripada mubazir. Tetapi ketika anak-anak mulai besar, tugas menghabiskan makanan itu menjadi jarang. Tetapi saya tetap pesan porsi yang standar: ada hantu yang bernama kolesterol dan asam urat. Ternyata, menikmati makanan yang tidak dihabiskan oleh anak terasa lebih enak.

~oOo~

Komunitas yang bernama Forum Jumat Petang yang saya dirikan bersama teman-teman delapan tahun lalu, sampai sekarang masih aktif. Kegiatan utamanya bertemu di hari jumat petang selepas jam kantor, ngobrol dan makan-makan. Tempat makan berpindah-pindah, untuk memenuhi rasa keadilan di antara anggotanya. Jauh-dekat harus pernah dirasakan oleh masing-masing anggota komunitas. Nanti, setelah acara makan-makan selesai bon diminta dari kasir. Seseorang membacakan jumlah yang harus dibayar. Para anggota mengeluarkan dompet, mengeluarkan uang dengan jumlah sama. Uang kembalian, jatahnya yang rumahnya paling jauh dari rumah makan. Ternyata, menikmati makanan yang cara membayarnya dengan sistem bantingan seperti itu, makin menambah lahap.

~oOo~

Hari minggu yang lalu, saya menghadiri undangan syukuran perkawinan anak seorang sahabat. Undangan disampaikan secara lisan tiga hari sebelumnya: datang saja, boleh rame-rame, nggak usah bawa kado atawa amplop sumbangan. Dan benar saja. Acaranya begitu santai, ada beberapa kursi yang ditata di depan panggung organ tunggal. Makanan berlimpah, dan banyak variasinya. Ternyata terasa beda, menikmati suguhan hajatan tanpa sumbangan dengan yang biasanya dengan memasukkan amplop ke dalam kotak sumbangan.

~oOo~

Ini pengalaman unik saya yang sudah terjadi sebanyak dua kali, bulan Nopember tahun lalu dan siang ini. Terjadi pada instansi pemerintah. Ya, ini perkara mengurus suatu perijinan di dua instansi yang berbeda tetapi pengalaman unik itu sama belaka. Untuk membahas ijin yang dimohonkan, dibuatlah sebuah undangan yang harus saya hadiri. Sehari sebelumnya saya mendapatkan telepon dari staf instansi pemerintah tersebut, dan pesannya: tolong besok Bapak bawa snack untuk peserta rapat sejumlah lima belas orang. Ternyata terasa beda, menikmati suguhan rapat bawaan sendiri dengan suguhan yang disediakan oleh sobihul hajat.