Sinta dalam gendongan Rahwana

Kelanjutan lakon Terpesona Kecantikan Sinta

Kepergian Rama dan Laksmana yang cukup lama, membuat Sinta gelisah. Berulang kali ia keluar dari tendanya untuk memastikan kalau suaminya itu segera kembali. Namun penantiannya sia-sia belaka. Maka, ia memutuskan menunggu kedatangan mereka di luar tenda.

Sinta dikagetkan oleh kedatangan seekor kijang emas yang berusaha mendekati tendanya. Kijang emas itu seperti menggoda Sinta. Tapi mengapa ia tidak bisa benar-benar mendekati Sinta? Rupanya garis lingkaran yang dibikin oleh Rama merupakan pagar gaib yang tidak bisa ditembus dari luar garis tersebut.

Melihat ada kijang yang demikian jinak, Sinta ingin menyusul Rama untuk memberitahukan kalau di sekitar tenda ada seekor kijang. Rama dan Laksmana tentu tidak perlu jauh-jauh ke dalam hutan untuk berburu. Tapi Sinta segera ingat pesan suaminya untuk tidak keluar dari garis lingkar yang telah dibikin sebelumnya.

Keberadaan kijang emas sungguh menggoda hati Sinta. Ia diam-diam memungut sisa batang pohon yang tadi dipotong oleh Rama dan Laksmana ketika membuat tenda. Ia ingin menggunakan batang pohon itu untuk tombak, kebetulan ujung batang pohon itu runcing.

Dengan mengendap mendekati kijang emas, kemudian ia lemparkan tombak ke arah tubuh kijang, namun lontaran Sinta meleset. Kijang emas menghindar, tetapi tidak lari. Ia malah meledek Sinta, dan itu membuat Sinta menjadi semakin penasaran untuk menghunjamkan tombak ke tubuh kijang emas. Sekali lagi, ia luput. Kijang makin menjauh, tetapi sengaja ingin diburu oleh Sinta. Begitu seterusnya, dan tanpa sadar Sinta telah keluar dari radius zona aman yang dibuat oleh Rama.

Itu kesalahan fatal yang dibuat oleh Sinta. Ia semakin jauh dari tendanya. Ia ingin memburu kijang emas. Memang, pada akhirnya Sinta berhasil menghunjamkan tombak ke punggung kijang. Namun apa yang terjadi?

Rupanya, kijang emas berubah wujud menjadi Rahwana, Raja Alengka. Ia memberikan senyuman termanisnya untuk Sinta, perempuan yang telah membuatnya terpesona.

“Siapa kamu?” tanya Sinta yang tak dapat menyembunyikan keterkejutannya.

“Justru aku yang seharusnya bertanya kepadamu wong ayu. Okelah, aku duu yang memperkenalkan diri. Namaku Rahwana, penguasa Alengka. Hutan ini masuk ke dalam wilayah kerajaanmu. Terus kamu, siapa?

“Namaku Sinta. Aku tengah menunggu suami dan adik iparku yang tengah mencari makanan dan minuman di hutan ini.”

“O, jadi kedua lelaki yang sekarang ada di keratonku itu suami dan iparmu?”

Tentu saja, Rahwana berbohong untuk menjerat Sinta.

“Antarkan aku bertemu dengan suamiku!”

“Dengan senang hati.”

“Jauh dari sini?”

“Sangat jauh. Kalau kamu berjalan kaki, bisa-bisa baru tengah malam tiba di keratonku.”

“Jadi?”

“Tak gendong, mau?”

Sinta mengangguk. Tak perlu menunggu lama, tubuh Sinta diangkat oleh Rahwana lalu digendongnya. Hati Rahwana berbunga-bunga, begitu mudah menjerat Sinta.