Seragam hitam putih

Jauh sebelum tren seragam a la Jokowi yang hitam-putih itu, ketika saya SD dulu seragam sekolah yang digunakan baju putih dan celana (pendek) hitam. Kalau tidak salah saya menggunakan sampai kelas lima dan setelah kelas enam ada kebijakan baru, warna celana menjadi khaki. Seingat saya waktu SMP (hanya sampai kelas satu saja), warna celana (pendek) masih khaki sebelum akhirnya diubah menjadi warna biru tua, sedangkan SMA seperti sekarang ini, celana (panjang) warna abu-abu.

Waktu usia remaja, saya juga sering berseragam hitam-putih (berdasi hitam) ketika didapuk menjadi sinoman, pembawa hidangan dari dapur untuk para tetamu di tempat hajatan tetangga di kampung. Inilah bentuk kegotong-royongan di masyarakat yang dimulai sejak usia muda.

Kali berikutnya, saya juga berpakaian hitam-putih lengkap dengan dasi hitam ketika masuk tahap pendadaran skripsi. Kesan formal ujian akhir terasa sangat kental dengan berpenampilan seperti itu.

Tahapan yang normal sehabis selesai kuliah adalah mencari pekerjaan. Mungkin ada puluhan surat lamaran yang saya kirim ke berbagai institusi yang berhubungan dengan gelar sarjana yang tersemat di depan nama saya. Namun sayangnya, tak ada satu pun lamaran yang diterima.

Iseng-iseng saya melamar kerja pada sebuah agen asuransi jiwa. Ketentuan dan syarat lamaran kerja cukup simpel: datang langsung ke alamat agen asuransi dengan membawa surat lamaran lengkap dan berpakaian hitam-putih. Hasil wawancara saya diterima dan esoknya boleh langsung bekerja. Tetapi, saya menyerah duluan sebelum bertanding. Esoknya saya tidak mendatangi agen asuransi tersebut, mental saya tak berani menyibak pasar asuransi jiwa.

Selama dua puluh tahunan lebih setelah gagal menjadi agen asuransi, saya tak pernah lagi mengenakan lagi seragam hitam-putih. Di diklat yang saya ikuti minggu ini, kembali saya memakai seragam hitam-putih lengkap dengan dasinya. Tidak setiap hari sih, hanya pada hari pembukaan dan pada penutupan kelak.

Karena saya tak punya baju putih lengan panjang, mau tidak mau sebelumnya saya mesti membeli baju putih lengan panjang a la Jokowi. Saya membeli dua potong sekalian.

Anda mau pinjam baju putih lengan panjang saya?