Satu Blog Seribu Hikmah

Nostalgia dulu. Saya bersentuhan dengan dunia tulis-menulis dimulai sejak SMA dulu. Tulisan karya saya pertama kali dimuat di Majalah Media Pelajar (biasa disebut dengan MOP) terbitan Semarang. Senangnya bukan main. Selain dapat honor, saya juga mendapatkan banyak Sapen (sahabat pena). Keaktifan menulis memuncak saat jadi mahasiswa, beberapa media lokal terbitan Semarang dan Yogyakarta memuat tulisan sederhana saya. Kalau untuk media nasional semacam Kompas atau Tempo, tulisan saya cuma mampu nangkring di rubrik Surat Pembaca. Kurang lebih ada sepuluh tulisan saya yang dimuat di Surat Pembaca Majalah Tempo. Senangnya bukan main.

Ketika jadi pengurus SEMA dulu, saya pegang penerbitan fakultas dan penerbitan dakwah fakultas selama dua tahun. Saat itu masih menggunakan mesin ketik manual, dan di akhir masa tugas saya baru mengenal program WS4. Bangganya bukan main ketika melihat teman-teman antusias membaca media karya saya dan kawan-kawan di bagian penerbitan.

Ketika memasuki dunia kerja, saya tidak sempat menulis di media lagi. Paling menulis untuk konsumsi pribadi dan saya simpan di hard disk saja. Tapi karena kangen menulis untuk media, satu-dua tulisan terkirim dan termuat juga di media lokal. Akhirnya, perusahaan tempat saya bekerja berencana membuat sebuah majalah untuk konsumsi internal dan relasi-relasi perusahaan. Dan di media ini saya didapuk jadi pimpinan redaksi sampai sekarang. Semangat menulis menggebu lagi. Lewat media ini saya mengajak teman-teman kantor untuk jadi penulis, dan sambutannya lumayan bagus meskipun saya harus mengedit sana-sini supaya enak dinikmati pembaca.

Artikel-artikel di internet menjadi salah satu referensi utama majalah kami, dan mau tidak mau saya harus sering melakukan browsing. Ketika browsing inilah, saya sering menemukan tulisan seseorang yang ditulis di blognya. Saya sangat mengagumi tulisan di blog yang menginspirasi ide dan gagasan saya dalam membuat sebuah artikel untuk majalah.

Saya termasuk terlambat untuk mengelola suatu blog. Baru pada Oktober 2008 lalu saya punya blog. Ternyata mengelola blog itu sangat mengasyikkan. Setiap hari saya berusaha untuk menerbitkan satu artikel. Apapun ide yang muncul, langsung saya tulis saja. Waktu itu saya belum paham benar bagaimana mengenalkan blog kepada dunia. Tiga bulan pertama, saya asal nulis saja. Ketika ada satu komentar yang masuk, wow.. senangnya bukan main. Saya coba kunjungi blog pemilik komentar, dan mulai saat itu saya melakukan blogwalking dan meninggalkan komentar pada artikel yang saya baca. Dan… ya Tuhan, saya mabok ngeblog!

Saya semakin serius mengelola blog saya dengan membuat guskar.com. Ini media penerbitan kebanggaan saya dan saya bebas untuk menerbitkan berbagai macam tulisan. Saya yang menulis, saya yang mengedit dan saya juga yang mempublikasikan. Rambu-rambu yang saya buat  adalah tulisan saya harus mengandung hikmah bagi pembaca saya, entah itu hikmah berkadar berat atau ringan-ringan saja.

Dari aktifitas ngeblog ini otak saya seakan selalu berolah raga, terasa sangat dinamis. Apalagi hampir setiap hari disuguhi artikel-artikel yang sangat menarik dari para narablog yang saya kunjungi. Mereka para narablog yang brilian. Selain rambu-rambu di atas, saya terapkan juga untuk berkomentar pada suatu postingan. Saya memahami bagi sebagian narablog bahwa menulis itu perlu perjuangan dan kadang memeras otak untuk sebuah gagasan. Komentar yang saya berikan saya usahakan tidak keluar dari topik tulisan. Saya juga menghindari berkomentar yang tidak bermutu.

Apalah artinya blog ini tanpa teman-teman narablog. Saya akan berusaha untuk memberikan artikel-artikel yang menarik, dan tentu saja ada hikmahnya. Penginnya sih, satu blog seribu hikmah.

__________
Note : Tulisan ini untuk memeriahkan pagelaran acara seru di Leysbook-nya Kang Yayat