Punya pentil, mBak?

Kemarin, sehabis menikmati makan siang di Rest Area KM 57 saya mampir di stasiun pengisian nitrogen untuk mengecek tekanan ban Kyai Garudayaksa. Hal ini memang saya lakukan secara rutin, supaya kereta besi buatan Dai Nippon itu nyaman dikendarai.

Kata pakar otomotif, salah satu manfaat ban diisi dengan nitrogen sebab nitrogen tidak cepat panas karena memiliki jumlah molekul lebih besar sehingga ban tidak mudah kempes dan panas. Selain itu nekjika ban menggunakan nitrogen bantingan suspensi terasa lebih lembut dibandingkan dengan isi angin biasa. Gas nitrogen dapat menjaga elastisitas ban sehingga kelenturan karet semakin terjaga.

Salah satu tanda jika ban kendaraan memakai nitrogen, tutup pentil ban yang digunakan berwarna hijau terang, sedangkan jika isinya angin tutup pentil berwarna hitam.

Tekanan ban Kyai Garudayaksa, bagian depan 33 sedangkan yang belakang 35. Maka, saya selalu menjaga agar tekanan ban berukuran seperti itu sehingga perlu dilakukan pengecekan rutin. Rata-rata harga untuk isi ulang nitrogen adalah Rp 5.000/ban atawa Rp 15.000/ban untuk pengisian awal.

Ketika dilakukan pengisian ulang kemarin siang, ban belakang kanan ada masalah. Ban tidak bisa diisi, sebab pentil ban nongol keluar. Jika dipaksakan diisi akan sia-sia sebab angin malah keluar dari ban, sebab ujung pentil tertekan sehingga valve terbuka. Wah, bisa-bisa ban tersebut malah menjadi kempes. Di stasiun pengisin nitrogen tersebut tidak menyediakan pentil cadangan.

Saya putuskan ban belakang kanan nggak perlu diisi ulang (tapi yang jelas tekanannya jadi lebih berkurang). Keempat kaki Kyai Garudayaksa terasa tidak kompak, sebab salah satunya punya tekanan yang kurang sempurna.

Selepas magrib, sebelum sampai di rumah saya mampir di stasiun pengisian nitrogen yang tak jauh dari rumah. Kyai Garudayaksa saya parkir dengan sempurna di depan stasiun pengisian. Tak lama saya didatangi petugas pengisian dan bertanya berapa tekanan yang saya minta.

Bukannya saya menjawab pertanyaannya, saya malah gantian bertanya kepadanya, “Punya pentil, mBak?” Kok saya memanggilnya dengan sebutan mBak? Ya, soalnya petugas pengisian nitrogen itu seorang perempuan. Ia menjawab, “Ada, Pak!” Lalu, saya ceritakan masalah pada ban belakang kanan.

Sungguh saya kurang nyaman dilayani mBak ini. Saya ingin membantunya ketika ia memasukkan dongkrak besar di bawah bodi Kyai Garudayaksa, tapi ia menolak dan mengatakan sudah biasa bekerja seperti itu. Dan betul saja, dengan cekatan ia melakukan pekerjaanya.

Lancar? Tidak juga. Ternyata pentil ban memang bermasalah. Sudah diganti dengan dua pentil, keduanya nggak bisa masuk ke dalam ban. Si mBak nggak putus asa, ia minta izin ke saya untuk menelpon bos-nya untuk minta petunjuk. Iseng-iseng saya ikutan memasukkan pentil, nggak bisa juga. Saya ambil tusuk gigi untuk membersihkan lubang pentil sebab seperti ada kerak yang menghalangi pentil masuk ke dalamnya.

Si mBak yang telah selesai bertelponan dengan bos-nya, melakukan hal yang sama yakni membersihkan lubang pentil. Sejurus kemudian, jleb, pentil bisa masuk ke lubang.

“Wah, saya jadi tambah pengalaman nih, Pak!” kata si mBak sambil menyolokkan selang nitrogen ke pentil ban.

Peringatan:
Aturlah tekanan angin sesuai rekomendasi pembuat kendaraan pada saat ban dingin. Kelebihan atawa kekurangan tekanan angin dikuatirkan akan merusak ban dan menyebabkan kecelakaan.