Piknik

Sudah menjadi kebiasaan di SMP-ku dulu, jika selesai ujian kelulusan diadakan piknik yang diikuti oleh anak-anak kelas 3. Rencana piknik tersebut sudah disinggung oleh Wali Kelas saat membagikan rapor semester sebelumnya kepada orang tua/wali murid. Tempat tujuan piknik saat itu ke Pantai Pangandaran. Cukup jauh dari kotaku yang berada di lereng G. Lawu.

Seminggu sebelumnya, aku sudah memberitahu ibu kapan paling lambat membayar biaya piknik. Jawaban ibu menenteramkan hatiku. Katanya, aku bisa mendaftar jadi peserta piknik.

Tiga hari sebelum batas waktu pembayaran biaya piknik datang pamanku menemui ibu. Saat itu aku masih di sekolah. Ketika pulang sekolah aku dapati paman masih di rumah, rupanya menunggu kepulanganku dari sekolah.

“Le, duduklah di sini,” kata ibu lembut. “Pamanmu datang ke sini untuk pinjam uang, katanya untuk membayar SPP adik-adik sepupumu. Nah, uang yang ada sudah ibu siapkan untuk membayar piknikmu,” sambungnya.

Aku sudah tahu ke mana arah pembicaraan ibu. Tentu saja aku sangat sedih, bayangan indahnya piknik bersama teman-temanĀ langsung buyar seketika. Suara pamanku menyadarkanku dari lamunan.

“Iya Le, paman pinjam dulu ya. Meskipun paman tidak tahu kapan bisa mengembalikan uangmu,” kata paman.

“Ya, wis. Tak apa-apa. Pakai saja,” jawabku sambil beranjak dari tempat dudukku.

Aku tak jadi piknik. Itu pasti. Ternyata sejak ibu mendengar ada rencana piknik di akhir semester ia sudah menyisihkan sedikit demi sedikit uang belanjanya. Tapi pada saatnya pembayaran, uang tersebut dipinjam oleh adik lelakinya. Aku pasrah saja.

Esoknya aku memberi kabar ke teman-teman, aku tak jadi ikut piknik. Alasannya jelas: tidak bisa bayar uang piknik. O, rupanya ada dua teman lain yang tak bisa ikut piknik. Alasannya sama seperti diriku, tak ada biaya.

Maka, kami bertiga menghadap ke wali kelas. Apakah kami dimarahi? Tidak.

Selama teman-teman piknik ke Pantai Pangandaran, kami bertiga diminta piknik juga dan membuat laporannya. Ke mana kami harus piknik?

Wali kelas menentukan tempat piknik kami di sebuah waduk yang asri, yang tak jauh dari sekolahku. Kami bertiga ke sana dengan naik sepeda. Untuk melengkapi laporan, kami menemui juru air yang bertugas membuka dan menutup bendungan untuk mendapatkan informasi mengenai waduk tersebut.

Note: Artikel Nostalgia bersama Ibu #7 ini untuk menyambut Hari Ibu tanggal 22 Desember