Pertamax

Kyai SX4 mampir minum di SPBU. Di dalam kabin ada Kyaine dan RM Ario Trengginas yang habis bepergian dari ibukota.

“Pertamax dua ratus ribu mas!” teriak Kyaine dari belakang kemudi.

“Dari nol ya pak?” kata si mas pegawai SPBU berseragam merah.

“Sudah lama pake pertamax, Kyaine?” tanya RM Ario Trengginas.

“Setahunan ini deh!” jawab Kyaine.

“Jadi sebelum ramai-ramainya rencana pemerintah yang akan membatasi pembelian premium dong? Apa nggak sayang, dua ratus ribu kan cuma dapat beberapa liter pertamax, beda kalau dibelikan premium,” tukas RM Ario Trengginas.

“Ada dua alasan Denmas. Pertama, mesin Kyai SX4 ini biar awet dan keduanya, malu dong pakai BBM bersubsidi,” jawab Kyaine.

Rupamu!” sahut RM Ario Trengginas.

“Denmas bisa lihat mobil merci di sebelah kiri itu. Mobil mewah tapi minumnya premium,” kata Kyaine sambil menunjuk ke arah mobil merci.

Pemilik mobil merci merasa diperhatikan oleh Kyaine dan RM Ario Trengginas, buru-buru menutup mukanya dengan selembar koran.

Mereka keluar SPBU, tetapi pembicaraan mengenai pertamax dan premium masih menjadi topiknya.

“Denmas dengar nggak rencana pemerintah yang akan menunda pemberlakuan pembatasan premium bulan Juli nanti?” tanya Kyaine.

“Ah… pemerintah itu kan alasan aja mau naikin harga BBM!” sergah RM Ario Trengginas.

“Maksudnya, pripun Denmas?” tanya Kyaine.

Gini. Kalau premium dibatasi, lalu rakyat disuruh berganti pakai pertamax apa namanya kalau bukan menaikkan harga BBM? Tapi terselubung. Harga pertamax hampir dua kali lipat harga premium. Apa nanti bukan malah membebani rakyat? Coba Kyaine pikir.” RM Ario Trengginas menjelaskan panjang lebar. “Belum nanti jika terjadi penyelewengan pembelian BBM.”

“Maksudnya, pripun Denmas?” tanya Kyaine.

Pripan-pripun wae. Gini. Misalnya ada angkutan plat kuning beli premium, lalu secara sembunyi-sembunyi menjual premium itu kepada mobil plat hitam dengan harga yang lebih tinggi, tapi masih jauh dari harga pertamax (saat ini Rp 8.100/liter). Memang pemerintah sanggup mengawasi perilaku curang seperti itu?”

Lha… susah itu, Denmas,” Kyaine menjawab sekenanya.

Mangkane kuwi. Lagi pula, mengganti premium dengan pertamax sama saja bohong. Tetap saja menggunakan jenis minyak, yang jumlahnya di perut bumi sangat terbatas. Ya… mestinya ganti dengan gas bumi yang stoknya masih melimpah,” papar RM Ario Trengginas.

“Melimpah sih melimpah. Lebih untung dijual ke luar negeri. Menurut pendapat saya nih Denmas. Pemerintah nggak perlu malu-malu menaikkan harga premium dan mengurangi subsidinya. Toh harga minyak dunia sekarang ini kan ngedab-ngedabi. Tapi pemerintah mesti jujur kepada rakyat,” kata Kyaine.

Bentar… bentar… gantian aku yang nggak mudeng nih,” tukas RM Ario Trengginas.

“Jujur kepada rakyat mengenai pengurangan subsidi tadi, Denmas. Ke mana duit itu dipakai. Misalnya, ini loh duitnya dipakai untuk bikin jalan, untuk perbaikan fasilitas pendidikan atawa kesehatan. Pokoknya yang nyata dan transparan. Rakyat akan senang. Jangan malah dikorup!” jelas Kyaine sambil tetap berkonsentrasi di belakang kemudi.

“Jangan bikin rakyat kuciwa dan marah. Ntar ada pemakzulan baru tahu rasa, toh?” kata RM Ario Trengginas, tersenyum.

Jeduerrrrr!!! Roda depan terperosok.

Kyaine telat membelokkan stir ke arah kanan untuk menghindari lubang di tengah jalan.