Kabinet Indonesia Bersatu segera habis masa baktinya. Tiga-empat hari yang lalu kita disuguhi acara audisi menteri. Karena menteri jabatan politik, mestinya perekrutan menteri tidak diekspos seperti itu. Saya tidak akan membahas audisi itu, tetapi lebih tertarik kepada beberapa sosok perempuan perkasa yang menjadi anggota Kabinet periode lalu.
Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan yang juga merangkap Menko Perekonomian itu tidak perlu diragukan lagi kemampuannya. Dunia mengakui kehebatannya, bahkan media internasional menobatkan Sri Mulyani sebagai salah satu menteri keuangan terbaik di dunia saat ini.
Siti Fadilah Supari, Ibu Menteri Kesehatan yang sepak terjangnya seperti Srikandi di arena Bharatayudha. Beliau banyak mengambil keputusan yang berani dan tegas, seperti penanggulangan berbagai permasalahan pelayanan kesehatan rakyat Indonesia. Secara keseluruhan mutu pelayanan kesehatan dapat dinilai membaik. Lalu, ibu Menkes pun pernah jadi singa galak bagi AS. Ia tidak kompromi lagi terhadap keberadaan laboratorium medis milik Angkatan Laut Amerika Serikat (Naval Medical Research Unit-2/NAMRU-2), laboratorium yang berada di jantung Ibukota itu selama puluhan tahun disinyalir menjalankan kegiatan intelijen dengan kedok penelitian medis. Buku Menkes yang berjudul “Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung” mendapat tekanan dari Negara-negara Barat dan WHO, karena isinya dianggap telah menyinggung atau menyerang kepentingan Negara-negara Barat. Siti Fadilah pun bergeming. Berita terakhir, Menkes dengan gagah berani mempertanyakan hilangnya ayat tembakau dari UU Kesehatan.
Mari Elka Pangestu, sang Menteri Perdagangan. Ibu Menteri yang lulusan doktor perekonomian ini sangat aktif turun ke lapangan untuk meninjau arus dan alur gerak perdagangan, dari hulu hingga hilir. Beliau juga sangat bersemangat mengembangkan ekonomi industri kreatif. Hasil nyata yang dapat dirasakan adalah kenaikan penjualan batik, dengan dukungan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata hingga UNESCO. Melalui Badan Pengembangan Ekspor Nasional, perdagangan ke luar negeri digenjot habis-habisan.
Meutia Hatta, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan sepak terjangnya memang tidak seperti 3 perempuan yang disebutkan di atas. Kearifan ibu Menteri ini memang mewarisi ayahnya, Moh. Hatta – Sang Proklamator dalam upaya memperdayakan kaum perempuan Indonesia yang sebenarnya tidak perlu diberdayakan lagi sebab perempuan Indonesia sudah sangat berdaya, contohnya telah ada sekian banyak perempuan Indonesia yang menjadi Menteri seperti dirinya, bupati, walikota, pengusaha, cendikiawan, seniman, narablog, politisi, wakil presiden yang kemudian menjadi presiden.