Nyai 6233

Saya termasuk orang yang terlambat merespon datangnya teknologi baru, termasuk benda canggih yang bernama hape atawa ponsel. Saya baru memiliki dan menggunakannya tahun 2000-an. Saya masih ingat, saat itu Nokia 5110 yang terkenal dengan istilah HP Sejuta Umat. Fitur-fiturnya sederhana sehingga mudah digunakan. Modelnya besar, bisa untuk melempar kucing sampai semafut!

Ponsel telah mengubah ritme kehidupan manusia. Mereka yang biasanya tidak pernah melakukan kontak telepon, dengan adanya ponsel di tangan dengan mudahnya menelpon atawa mengirim SMS, meskipun untuk urusan yang nggak penting-penting amat. Dalam satu rumah, jumlah ponsel dua kali lipat jumlah penghuninya. Tak terasa pulsa akan tersedot habis-habisan. Maklum, hampir saban hari ada orang yang baru punya ponsel sehingga masih kena eforia berhape-hape. Ponsel telah menguasai semua sendi kehidupan, dari berbagai kalangan dari tukang ojek, tukang sayur hingga anak-anak TK. Pasar ponsel sungguh luar biasa luas, tak heran saban hari kita disuguhi iklan-iklan dari berbagai operator seluler yang menawarkan berbagai macam produk mereka. Lihatlah di sekeliling Anda, banyak yang sibuk sendiri dengan ponselnya.

Ponsel yang cukup lama saya gunakan adalah Nokia 6233, sekitar 5 tahunan. Saking sayangnya dengan Nyai 6233 ini, saya enggan untuk mengganti dengan yang lain bahkan sampai kondisi casing Nyai 6233 terbebat karet gelang – tutup casing rusak karena battery membengkak akibat kepanasan,  yang penting bisa untuk nelpon dan SMS-an.  Akhirnya, si Nyai tewas tenggelam di bawah pancuran air kran, ketika saya membungkuk mengambil air wudlu.

~oOo~

Hari ini adalah setahun yang lalu tewasnya Nyai 6233. Hari-hari selanjutnya saya menggenggam Nokia C5, penggunaanya masih sama: untuk nelpon dan SMS-an saja.

~oOo~

“PIN-nya berapa, Kyaine?” tanya kawan sambil pencet-pencet BB-nya tipe terbaru.

“PIN apa? Kartu ATM? Bukannya itu rahasia?” saya balik bertanya.

“PIN ini nih!” sahutnya sambil tunjuk-tunjuk BB-nya yang berwarna silver.

Nggak punya,” jawab saya singkat.

Hare gene nggak punya blekborot???” komentarnya sambil matanya melotot.

Heran.

Siapa yang heran?

_______________
Note: blekborot ini istilah dalam bahasa Jawa yang artinya kaleng bocor