Tulisan ini akan membahas nama-nama di khazanah budaya Jawa.
Di Jawa, jenis kelamin pun bisa menginspirasi orang tua dalam memberikan nama kepada anaknya. Untuk yang laki-laki, seperti Kacuk, Kelik, (kon) Thole, Lanang, Nanang, Kecuk, Puthut, Kuncung, Priyo, Bagus, Abdul, Bambang, Joko, Ibnu dan masih banyak lagi. Sedangkan untuk anak perempuan keluar nama Dewi, Gendhuk, Cempluk, Menik, Menuk, Tiwuk, Dhenok, Putri, Siti, Bawuk, Ajeng, Ayu, Titik, Niken, dan lain-lain.
Seperti halnya Linduaji, peristiwa alam juga bisa digunakan untuk memberikan nama, misalnya Purnama, Gempur, Topan, Lesus, Guruh, Guntur, atau Gludug. Bagi anak perempuan, bisa dikaitkan dengan nama bunga yang semerbak mewangi seperti Sekar, Arum, Yasmin, Mawar, Melati, atau Mayangsari. Bisa juga terinspirasi kepada nama batu mulia, seperti Mutiara atau Permata. Kalau teman Anda bernama Kenes, Ganes atau Ines, nama-nama ini berasal dari lagak dan gaya wanita Jawa.
Di Jawa dikenal nama hari seperti Pon, Wage, Kliwon, Legi, Paing. Nah, ini juga bisa untuk memberikan nama seperti Ponari, Poniyem, Ponidi, Ponirin, Waginem, Wagiyem, Wagiman, Wagiyo, Legimin, Legiman, Leginem, dan sebagainya. Atau bisa juga berdasarkan nama hari, Isnaeni, Slasa, Roby, Khomsun, Jumino, Jumangin, Jumiati, Miske (kebalikan suku kata Kemis), Seti, Setu, Minggoes, Akhid, Ahad, dan masih banyak lainnya.
Tokoh wayang juga sering jadi nama seperti Bayu, Punto, Palguna, Indrajit, Rama, Broto, Brahma, kalau anak perempuan akan dinamai Srikandi, Supraba, Arimbi dan sebagainya. Tempat lahir kadang memberikan inspirasi juga, seperti Samudra, Angkasa, Irianto (lahir di Irian), Indiani (lahir di India) atau Rimbawan (lahir di hutan? he..he.. ). Selain itu, peristiwa politik pun sering dipakai sebagai nama, seperti Revolusianto, Marhaeni, Usdekawati, Orbawati, Ganefo, Reformasianti, Pahlawati, apa lagi ya?
Orang tua Jawa mengharapkan anaknya sekuat dan sehebat tokoh-tokoh masa lalu, dengan memberikan nama Hayam Wuruk, Mahesa Jenar, Karebet, Gajah Mada dan lain-lain. Nama yang mengandung harapan nasib baik seperti Sugih Arto, Slameto, Bibit Waluyo, Mujiono, Pamuji Rahayu, dan sebagainya. Atau yang mengandung harapan fisik kuat, seperti Kuwat, Prakosa, Bima, Bambang, Kuncuro, Kukuh, Puguh, Prabowo atau Sembodo.
Untuk membedakan nama, orang Jawa memberikan akhiran o, a, man, no, dan wan untuk laki-laki, dan i, wati, ni, ah, yem, nah, tun, atau sih untuk perempuannya. Misalnya Wagino – Waginem/nah, Maryoto – Maryati/tun, Daliman – Dalinah/yah/yem, Tugiman – Tuginem. Tambahan untuk yang perempuan seperti Sulisih, Parmiatun, Sulistyaningsih, dan sebagainya. Tapi ada juga akhiran wati dan ni, digunakan untuk nama seorang laki-laki seperti Sukowati dan Sukarni.
Nama (disematkan di belakang) yang merupakan pasangan lelaki dan perempuan seperti Yanto-Yanti misalnya Mardiyanto-Mardiyanti, Mulyanto-Mulyanti, Suyanto-Suyanti; Tono-Tini misalnya Kartono-Kartini, Sartono-Sartini, Hartono-Hartini, Sutono-Sutini; Yono-Yani misalnya Suyono-Suyani, Mulyono-Mulyani, Taryono-Taryani
Bagaimana dengan nama Anda?