Digdayane wong Sala: sugih tanpa bandha, nglurug tanpa bala, menang tanpa dupa, tur kondhange ora kira-kira.
The Padeblogan beberapa kali menampilkan tulisan tentang Jokowi dengan rasa optimis kalau ia akan memenangkan pertarungan Pilkada DKI. Pada artikel Jokoting dan Jokowi, saya memperbandingkan upaya Joko Tingkir dan Joko Widodo untuk meraih kamukten di tampuk kekuasaan. Dan benar saja, pada putaran kedua Pilkada DKI Jokowi memenangkan pertarungan itu meskipun hasil resmi perhitungan suara versi KPUD belum ada, namun perhitungan cepat menunjukkan kalau Jokowi meraih juara I.
Kalau jalan nasib Jokowi sama dengan Joko Tingkir, (trawangan saya) ia tak lama menjadi Gubernur DKI, karena nekjika PDIP atawa Gerindra memenangkan Pilpres 2014, Jokowi setidaknya akan ditanting untuk duduk di kursi menteri.
Artikel-artikel tentang Jokowi berikutnya selebihnya untuk urun-rembug sisi lain perkara SARA. Saya berpendapat, sebagai negara yang ber-Bhineka Tunggal Ika semestinya kita menghormati perbedaan SARA. Janganlah kita melupakan sejarah. Saya pun menulis Jokowi-Ahok, The Spirit of Bhineka Tunggal Ika.
Ketika rame-rame perkara ceramah Bang Haji Rhoma Irama, saya mengutip lagunya Bang Haji yang berjudul 135 Juta. Atawa ketika saya getem-getem dengan ucapan Pak Nara di acara debat kandidat di Metro TV, spontan saya tulis artikel dalam bahasa Jawa dengan judul Wani Pira? Karena yakin kalau Pak Jokowi menang, saya terlalu optimis memberikan angka 76% untuk kemenangannya.
Saya bukan warga DKI, tetapi setidaknya masa kecil dan remaja saya habiskan di tlatah ber-plat AD, saya ikut senang Pak Jokowi jadi Gubernur DKI. Saya kutipkan lagi pesan Raden Fatahillah untuk raja Surakarta yang menjadi raja Jayakarta yang disampaikan melalui Kyaine:
“Tuliskan pesanku kepada raja Surakarta. Sejarah yang telah aku torehkan di sini agar ia jadikan pelajaran kearifan. Aku sangat berharap, raja Surakarta itu dapat mengembalikan kejayaan Jayakarta, sebuah kemenangan besar untuk mencapai kesejahteraan. Jika ia berkenan, aku akan menjadi mentornya, sama seperti ketika aku menjadi mentor Maulana Hasanudin.”