Memburu sunset di Uluwatu

Pada hari itu, di Bandara Ngurah Rai Bali sekitar jam 5 WITA. Mobil sewaan telah menunggu kedatangan mereka – Kyaine dan kawannya, seorang fotografer. Transaksi tidak lama, karena sudah jadi pelanggan tetap. Teman perjalanan Kyaine itu sangat menguasai medan Pulau Bali, maka ia yang mengendalikan kemudi mobil sementara Kyaine duduk di sebelahnya.

Ah, sore hari jalan Ngurah Rai cukup padat – banyak kendaraan yang memburu waktu ke Kuta atawa Legian untuk menyaksikan indahnya matahari terbenam di ufuk barat, ditambah mendung yang menggelayut di langit Denpasar. Tujuan Kyaine dan temannya itu bukan ke arah Kuta, melainkan ke Ungasan, bagian selatan Pulau Bali. Urusannya sama, memburu matahari tenggelam. Tetapi gagal, karena hujan tiba-tiba turun. Ya sudah, akhirnya sisa waktu mereka pergunakan untuk mengurus perizinan untuk peliputan hari-hari berikutnya.

Izin sudah di tangan, mobil diarahkan ke Nusa Dua untuk check in – di sebuah hotel yang lokasinya bersebelahan persis dengan hotel tempat menginap mas Sony Laksono ketika menyaksikan pertandingan tenis di Bali beberapa waktu lalu.

Di hotel mereka mandi, lalu perjalanan dilanjutkan muter-muter sekitaran Kuta-Legian-Seminyak dan menikmati makan malam sambil menyaksikan bule-bule berseliweran di jalan Legian. Balik ke hotel, tidur.

Esoknya, mengambil lensa kamera sewaan di sekitaran Jl. Pulau Kawe. Kali ini Kyaine yang mengemudikan mobil, hitung-hitung untuk menghapal jaringan jalan di Bali. Lensa sudah di tangan, perjalanan dilanjutkan ke Uluwatu, sebelumnya makan siang di Warung Wardhani.

Wow, pantainya indah banget, surganya para peselancar dunia. Bisa jadi karena letaknya yang tersembunyi, lokasi ini menjadi tempat favorit para bulewati berjemur diri. Untuk berjalan menuju pantai Uluwatu ini mesti ngos-ngosan dan kringetan karena anak tangganya cukup banyak dan lumayan curam.

Ternyata, di sana Kyaine melihat banyak fotografer yang tengah membidik pada peselancar di tengah laut biru. Kyaine sih, tolah-toleh saja sambil bergumam betapa indahnya alam di Uluwatu.

Lalu ke lokasi lain. Di atas bukit. Satu jam menjelang matahari tenggelam, kamera sang fotografer sudah bertengger sempurna di atas tripotnya. Waktu yang ada dimanfaatkan Kyaine untuk belajar apa dan bagaimana fotografi kepada temannya yang fotografer itu. Mendung datang. Kyaine menyaksikan wajah cemas kawannya. Kegagalan mengabadikan matahari tenggelam sehari sebelumnya takut terulang lagi. Dan benar saja, matahari tetap bersembunyi di balik awan. Tetapi, ada semburat sinar merah matahari yang membuat Kyaine takjub. Indah sekali. Para monyet lewat di sebelah Kyaine, mungkin mau pulang ke pohon tempat tinggalnya. Lalu, suara binatang malam mulai terdengar, termasuk tokek yang bunyinya habis pada hitungan ganjil.

Jam 7.30 malam mereka beranjak dari tempat itu untuk kembali ke hotel. Setelah mandi dan berdandan rapi mereka memenuhi undangan seorang kerabat yang kerja di hotel sebelah.

~oOo~

Setiap pagi, sang fotografer ngilang dari kamar untuk memburu matahari terbit di Nusa Dua. Pada pagi keempat ia baru mendapatkan gambar matahari terbit.

Sabtu pagi, mereka pergi ke Ubud. Apalagi kalau bukan untuk melunaskan rasa penasaran setelah Ubud keluar di filmnya mBak Julia Robert: Eat, Pray, Love. Lalu lewat di depan rumah mertuanya mBak Happy Salma he..he..

Malam minggu segera menuju Ungasan, untuk menghadiri pembukaan Hotel & Resort oleh Pak Jero Wacik, lalu ada hiburan oleh mBak Vina Panduwinata, mBak Anggun C. Sasmi, Mas Tompi, mBak Syaharani, Mas DJ Riri dan sepasang MC kondang, Mas Ferdy Hasan dan mBak Aline Adita. Juga fashion show. Jam 1 dinihari mata tua Kyaine tidak kuat lagi untuk melek sempurna.

Minggu pagi Kyaine bangun kesiangan, lalu tiduran saja sambil menunggu saat check out. Acara hari itu mengembalikan lensa kamera dan setelah makan siang di warung Nasi Pecel Bu Tinuk Kuta, janjian ketemu dengan pemilik persewaan mobil di bandara, untuk mengembalikan mobil.

Selama di Bali beberapa hari kemarin Kyaine sengaja memutus hubungan dengan internet [yang ternyata dunia aman-aman saja tanpa internet]. Tetapi, pagi ini ketika mulai tersambung dengan internet Kyaine geleng-geleng kepala, ternyata ada 298 pesan yang masuk di inbox emailnya, 5 atawa 6 di antaranya berkategori harus diselesaikan secara ASAP, as soon as possible!

Takut keburu kiamat datang, sih.