Memaknai Kematian

Semua yang berasal dari-Nya akan kembali kepada-Nya juga. Begitu sederhana sebuah kematian. Tubuh di hadapan saya sudah dingin, diam tidak bergerak. Saya menarik nafas dalam-dalam, tanpa sadar saya masuk ke ruang hening.

“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir” (QS 39 : 42)

Manusia bernafas adalah aktivitas hidup dengan menghirup udara oksigen dan mengeluarkan zat asam arang. Zat oksigen dibutuhkan oleh seluruh sel tubuh. Zat ini diperlukan untuk proses pembakaran, sehingga sel-sel di dalam tubuh mendapatkan tenaga. Tenaga inilah yang digunakan untuk mengedarkan zat-zat lain yang diperlukan tubuh. Secara normal, nafas diperlukan untuk kehidupan jasmani.

Dan jasad di hadapan saya tidak bernafas lagi.

Saya mulai mengatupkan mulutnya, kemudian perlahan saya mulai melepas pakaian yang dikenakannya dengan menggunting pakaian itu bagian per bagian. Manusia terlahir dalam keadaan telanjang, ketika mati pun demikian.

Kami pun berdoa dengan ta’zim. Isak tangis masih terdengar dari kamar sebelah.

Jenazah itu adalah tetangga sebelah rumah saya, meninggal dalam usia yang relatif masih muda, satu tahun di bawah umur saya. Pulang dari kantor mengeluh sakit di dada, tidak memberikan kesempatan kepada istri dan anak-anaknya untuk merawat sakitnya, dia meninggal sesaat setelah mengeluhkan sakitnya. Hanya 10 menit saja.

_____________
PS : Turut berduka cita atas luka dan meninggalnya para korban ledakan bom di Ritz Carlton dan JW Marriot Jakarta, 17 Juli 2009. Numpang tanya, siapa sih yang lagi iseng nyulut bom di negeri yang damai ini?