Mandi kucing

Pada waktu SD dulu, saya jarang mandi pagi. Saya tak ingat alasan utama mengapa tidak mandi. Ritual pagi hanya raup – cuci muka – saja, dan membahasi tangan dan kaki. Kemudian ganti baju dan berangkat ke sekolah.

Waktu itu saya dan teman-teman sekolah belum model bersepatu, masih dengan bertelanjang kaki. Menggunakan sandal (jepit) ke sekolah adalah pamali sehingga pilihan cuma dua saja: bersepatu atau nyeker.

Bisa dibayangkan betapa kusamnya kulit saya. Sudah berkulit hitam ditambah dilumuri daki. Kalau kulit saya terkena garuk, maka akan timbul bekas berwarna putih. Orang Jawa menyebut kulit mbekisak, bersisik.

Menjelang kelas lima atau mungkin kelas enam, saya sudah mulai memerhatikan penampilan. Agar kulit tangan dan kaki tidak mbekisak, saya olesi dengan minyak kelapa. Sementara untuk menghilangkan bau badan yang menguar lewat ketek, di tempat itu saya olesi dengan kapur sirih. Kadang rambut saya olesi pomed punya Bapak atau minyak urang-aring milik ibu.

Meskipun secara fisik saya berpenampilan flamboyan, namun tetap saja saya masih meneruskan kebiasaan mandi kucing di pagi hari.

***

Gre, Titi dan Mike masing-masing mempunyai tempat yang nyaman untuk tidur malam. Azan subuh mereka membuka mata, melakukan peregangan dengan tubuh meliuk-liuk kemudian melangkah menuju piring masing-masing. Apalagi kalau bukan untuk sarapan.

Sudah menjadi kebiasaan para kucing, sehabis makan mereka akan sibuk “mandi”. Mereka akan mencari pewe, kemudian diusap-usapkan kaki depan ke seluruh wajah yang sebelumnya mereka basahi dengan ludah mereka. Untuk bagian tubuh lain, lidah mereka menari-nari menelusuri setiap lekuk tubuh. Tak seinci pun tertinggal.

Kalau mereka sedang iseng, mereka akan saling memandikan satu dengan yang lain. Saling tukar jigong.

***

Karena semakin sadar kalau tidak mandi pagi tubuh saya berbau prengus, maka saya mulai rajin mandi pagi sebelum berangkat ke sekolah. Saya tak mau diledek mirip kucing karena jarang bersentuhan dengan air.

Saking semangatnya mandi pagi, tak jarang saya mandi sambil mendendangkan lagu Mandi Pagi-nya Joan Tanamal:

mandi pagi kalau biasa
sejuk dingin tidak terasa
sore hari kalau tak mandi
badan lesu main tak mau