Kucing teras

Sesekali Grey, Kitty dan Mike “keluar” rumah untuk bermain di sekitaran teras, garasi dan taman.  Mereka keluar saat pintu rumah terbuka, misalnya saat kami sedang kedatangan tamu. Mereka akan sedikit betah berada di luar, jika saat itu tidak ada kucing lain yang sedang bermain di rumah kami.

Arkian, kami mempunyai “kucing tamu” yang saban hari datang ke rumah dan berleha-leha di teras. Sebut saja Pak Coci, kucing berbulu coklat terang berhidung besar. Ia suka menyemprotkan air kencingnya ke suatu obyek untuk menandai wilayah kekuasaan. Ada juga Pak Abu, kucing gendut berwarna abu-abu yang suka tiduran di sudut teras. Kemudian ada bu Preti, yang galaknya minta ampun.

Pergaulan antara kucing rumah dan kucing teras tidak harmonis. Jika pas bertemu, mereka saling menggeram, menakuti satu sama lain.

Mereka menjadi marhum

Selain Grey, Kitty, dan Mike (ketiganya kucing ras) kami mempunyai kucing pungut yang kami beri nama Abel. Kisahnya bisa dibaca di sini. Sayang sekali, Abel telah marhum karena terserang virus ganas. Daripada tersiksa lebih lama, ia disuntik mati oleh dokter. Kami sangat sedih kehilangan Abel.

Pada suatu hari, bu Preti datang ke teras rumah dalam kondisi hamil. Dan sejak saat itu, kami menyediakan makanan bergizi untuknya hingga pada suatu hari ia menghilang dan tiba-tiba muncul kembali dalam kondisi perut yang sudah kempes. Sebagai ibu yang tengah menyusui, ia memerlukan asupan makanan yang cukup banyak.

Bu Preti sering bertengkar dengan Pak Coci atau Pak Abu berebut makanan yang kami sajikan.

Beberapa minggu kemudian, bu Preti datang bersama kedua anaknya yang imut: cowok dan cewek. Dengan “seizin” bu Preti kami mengadopsi kedua anak tersebut, tetapi belakangan kami melepas yang cewek karena galak. Kucing cowok yang kami pelihara diberi nama Syina. Ia cepat akrab dengan Mike. Mereka selalu bermain bersama.

Sementara itu, si kucing cewek (sebut saja si Item) lebih memilih menjadi kucing teras. Bu Preti semakin cuek kepada Item, toh Item makanannya terjamin. Syina menjadi kucing rumahan. Ia divaksin, di-grooming, dan sebagainya.

Pada suatu hari, Syina tidak mau makan. Kami bawa ke dokter, ternyata terserang virus. Ia dirawat kira-kira seminggu di Klinik Veterinarian, hingga marhum pada minggu lalu. Syina saya kubur di bawah pohon lengkeng di sebelah kuburan Abel.

O iya, bu Preti menjadi bumil lagi. Ia semakin galak, termasuk kepada Item. Ia seperti lupa kalau Item itu anaknya. Seminggu yang lalu, Item kerjaannya cuma tiduran saja. Kadang di teras, tetapi lebih sering di taman. Makanan yang disajikan tak ia sentuh. Mulutnya mulai berbusa, matanya sayu.

Kemarin siang ia ditemukan di bawah pohon pandan depan rumah, telah marhum. Ia dikubur di dekat kuburan Syina. Abel sepertinya ada hubungan darah dengan bu Preti (mungkin kakak-adik) soalnya mereka punya corak bulu dengan pola yang sama.

Bisa jadi mereka (Abel, Syina dan Item) mempunyai penyakit genetis yang sulit disembuhkan. Cara matinya sama.

Ketika masih ada Syina kami juga mengadop kucing kampung yang sedang bermain di teras, Angel namanya. Ia masih sehat wal afiat sampai sekarang.