Ipin-Upin

Dalam tata bahasa Jawa dikenal dengan Tembung Rangkep (Kata Rangkap), mulai dari nama bagian tubuh hingga nama makanan.

Bagian tubuh dari atas ke bawah : bagian tengah tengkorak kepala disebut dengan ubun-ubun, di dekatnya ada unyeng-unyeng (pusat rambut). Konon, anak yang mempunyai jumlah unyeng-unyeng dua atau lebih anak tersebut berpotensi nakal. Kemudian di bagian muka bagian samping, dinamakan pipi (ini bukan kata rangkap, hanya suku kata yang diulang), turun lagi ada susu, di ujung jemari ada kuku dan ketika masuk jerohan tubuh akan ditemukan usus.

Pada bagian tangan ditemukan tembung rangkep juga, yaitu epek-epek (telapak tangan). Anehnya, telapak kaki tidak dinamai dengan epek-epek sikil (kaki), tetapi dengan dlamakan sikil. Pada bagian tubuh sering terdapat sebuah ciri tertentu yang disebut andheng-andheng (tahi lalat). Tulang belakang yang menyangga tubuh dinamakan ula-ula.

Tembung rangkep yang menjelaskan gerakan tubuh ada juga. Tetapi, kata keduanya berubah bunyi (dwilingga salin swara). Contohnya : tolah-toleh (kepala menoleh ke kanan-kiri berulang-ulang), kethap-kethip (gerakan mata merem-melek), ingak-inguk (bolak-balik mengintip), undak-unduk (ragu-ragu, agak takut-takut), mloka-mlaku (berjalan ke sana-sini), wira-wiri (kesana kemari), umak-umik (gerakan bibir yang sedang merapal doa/mantra) atau mrana-mrene, bola-bali (balik ke tempat semula berulang kali). Selain itu ada nongas-nangis (menangis melulu), luwa-luwe (lapar melulu), gojak-gajek (ragu-ragu), theklak-thekluk (kepala terjatuh karena mengantuk) dan sebagainya.

Tembung rangkep yang mengekspresikan perbuatan seseorang, contohnya dheleg-dheleg (berdiam diri menenangkan perasaan yang sedang galau), istilah lainnya thenger-thenger. Duduk manis sambil melihat suasana disebut thenguk-thenguk.

Contoh dalam kalimat :
Kyaine thenguk-thenguk dabn kelihatan dheleg-dheleg di depan pendapa, setelah mendapatkan telepon ancaman dari Sri Sumarah.

Tembung rangkep untuk membandingkan ukuran disebut undha-undhi atawa dalam bahasa percakapan sering disebut dengan sebelas-dua belas atawa hampir sama.

Kalau dalam makanan, akan ditemui nama-nama seperti ondhe-ondhe, ongol-ongol, untir-untir dan sebagainya. Tembung rangkep ditemui juga dalam menyatakan waktu, misalnya isuk uthuk-uthuk (bisa juga dengan umun-umun) berarti pagi sekali, wayah awan panase ngathang-ngathang = waktu siang panasnya bukan main.

Anda punya koleksi tembung rangkep?