Ibu Rumah Tangga

“Tolong ibu isi kolom pekerjaan ini,” kata petugas sensus.

“Saya tidak bekerja,” kata seorang ibu.

“Kalau begitu, diisi saja dengan ibu rumah tangga, bu!” tukas petugas sensus.

“Oh, sejak kapan ibu rumah tangga masuk dalam kategori jenis pekerjaan?” tanya si ibu.

“Eh… tapi kolom ini harus diisi bu. Kalau tidak diisi nanti merepotkan kami dalam melakukan tabulasi data kependudukannya. Nanti bisa-bisa angka pengangguran di negeri ini tinggi sekali,” kata petugas sensus tidak sabar.

“Saya tidak pernah setuju jika ibu rumah tangga dimasukkan jenis pekerjaan yang disamakan dengan PNS, pegawai swasta, atawa profesional. Ibu rumah tangga bukan jenis pekerjaan, tetapi itu sebuah jabatan paling tinggi di sebuah manajemen kerumahtanggaan. Itu juga jabatan paling terhormat. Ibunya sebuah rumah tangga. Sampeyan bisa membayangkan, bagaimana kehidupan seorang anak jika tanpa asuhan dan sentuhan kasih sayang seorang ibu? Demikian juga dengan sebuah rumah tangga,” kata si ibu panjang lebar menjelaskan kedudukan ibu rumah tangga kepada petugas sensus dari kantor kelurahan itu.

“Lalu, bagaimana dengan seorang ibu yang pekerjaannya sebagai pegawai kantoran, misalnya. Apakah ia berhak juga menyandang jabatan sebagai ibu rumah tangga?” tanya petugas sensus seperti ingin menguji si ibu.

“Oh.. itu harus mas. Ketika ia tiba di rumah ia menjadi ibu bagi rumah tangganya. Ia menjadi manajer di rumah tangganya. Ia juga yang harus bisa membuat rumah tangganya seperti surga, tentunya dengan dukungan penuh dari suami dan anak-anaknya,” papar si ibu.

“Sungguh mulia sekali pekerjaan sebagai ibu rumah tangga itu,” gumam petugas sensus.

“Sekali lagi mas, bukan pekerjaan. Tetapi sebuah jabatan, sebuah tanggung jawab. Catat itu!” kata si ibu geram.

Selanjutnya, si ibu itu tersenyum, sedangkan petugas sensus terlihat makin culun saja.