Hal yang lazim

Tidak semua orang bisa merangkai kata menjadi kalimat yang indah atawa kalimat yang tidak seperti biasanya yang sering terdengar dan terbaca. Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini:

“Seperti kita ketahui bersama bahwa….. ” Kalimat pembuka seperti ini sering dipergunakan ketika seseorang kesulitan mendapatkan kalimat yang pas untuk memulai suatu pembicaraan atawa suatu tulisan. Kalimat pembukan semacam itu (sebenarnya) kurang pas jika dipakai untuk membahas hal-hal yang tidak semua orang mengetahui/memahami. Tapi, itu hal yang lazim saja kok.

Kalimat “Selamat menempuh hidup baru, semoga bahagia” pun sering kita dengar, bahkan sering kita pergunakan untuk memberikan ucapan selamat kepada pengantin baru. Bagi yang sedang merayakan ulang tahun tak segan kita mengucapkan, “Selamat ulang tahun semoga panjang umur dan enteng jodoh”, kalau ditujukan kepada anak-anak kadang ditambahi “Semoga menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, berguna bagi nusa, bangsa dan agama”. Ucapan yang sangat standar ya? Tapi mau bagaimana lagi, wong tidak punya kalimat lain. 

Dalam bahasa sinetron pun demikian lazim menggunakan kalimat yang standar, misalnya ketika seorang dokter keluar dari ruang operasi, lalu berkata, “Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi Tuhan berkehendak lain”. Kalau Anda rajin mendengarkan radio, ada banyak bertebaran kalimat yang itu-itu saja terutama pada acara semacam Anda Meminta Kami Memutar, seperti “Untuk kakak penyiarnya, salam kenal dan selamat bertugas”.

Bagaimana dengan bahasa surat? Di sini akan semakin banyak kalimat standar yang dipergunakan. Surat lamaran kerja, isinya ya memang seperti begitu-begitu saja. Surat undangan yang dibuat pak RT pun begitu-begitu saja kalimat pembukanya. Surat untuk sahabat pena, saya terbiasa dengan membuka dengan kalimat, “Apa kabarmu teman, lama kita tidak berjumpa, semoga kabarmu baik-baik saja. Di sini aku tidak kurang suatu apa”.

Salam lazim.