Ingat nggak ketika kita di TK atawa SD dulu, setiap hari senin guru kita memeriksa kuku-kuku tangan para muridnya, apakah sudah dipotong apa masih panjang, bahkan berwarna hitam? Bagi yang punya kuku panjang dilarang masuk kelas sebelum memotong kukunya itu. Seingat saya, semua murid patuh tidak ada yang protes. Untuk apa protes, wong kita membuat kesalahan karena lupa atawa memang mengaja belum memotong kuku.
Guru kita dengan sabar mengatakan bahwa dengan kuku yang rapi dan bersih, kita akan terhindar dari kuman yang bersemayam di ujung kuku yang sewaktu-waktu bisa membawa penyakit masuk ke tubuh melalui mulut misalnya. Hanya itu saja? Ternyata nggak. Ada pesan tersembunyi dari kebiasaan baik memotong dan merapikan kuku: suatu saat nanti, ketika kalian sudah jadi orang dan memimpin negeri ini jangan main cakar-cakaran! Terus, kalau sekarang kita menyaksikan banyak pemimpin main cakar-cakaran berarti di waktu kecil dulu mereka malas memotong dan merapikan kuku-kukunya.
Kebiasaan baik yang lain, sebelum masuk kelas para murid berjajar rapi. Biasanya dibagi menjadi dua baris, mana untuk barisan putra mana untuk barisan putri. Masuk kelas dilakukan secara rapi, tidak saling berdesak-desakan. Kebiasaan yang baik ini jika tetap dipergunakan seterusnya kita tidak akan menyaksikan orang saling serobot dan saling sikut untuk mendapatkan sesuatu.
Ketika para murid masuk kelas, mereka duduk rapi menempati mejanya masing-masing. Kebiasaan baik yang dilakukan berikutnya adalah berdoa sebelum memulai kegiatan hari itu. Apakah kebiasaan baik semacam ini masih terpatri dan dipraktekkan dalam keseharian kita saat ini?
Masih banyak kebiasaan baik di masa sekolah yang diajarkan oleh para guru kita.
Selamat mengenang.