Bukan Sopir Mobil Jenazah

Kemarin siang teman saya naik taksi dari bandara menuju kantor, setelah melakukan perjalanan bisnis di Singapura dua hari. Kira-kira lima kilometer sebelum sampai di kantor, teman saya berniat membeli oleh-oleh. Ia pun menepuk pundak sopir taksi supaya keluar tol, untuk mampir di toko kue.

Tanpa diduga oleh teman saya, taksi oleng ke kiri dan hampir menabrak pembatas jalan tol. Teman saya menjerit kaget, dan hal itu malah membuat sopir taksi semakin panik. Taksi direm mendadak hingga berbunyi berderit memekakkan telinga.

Setelah agak tenang, sopir taksi menoleh ke arah teman saya, untuk memastikan apakah teman saya selamat, kemudian ia berkata kepada teman saya, “Maaf pak, tadi saya kaget setengah mati.”

Keadaan teman saya tak kalah syok, tetapi berusaha tenang, “Nggak.. apa-apa.. ya..ya… yang penting kita berdua selamat. Saya juga minta maaf mas. Nggak ngira, tepukan saya tadi telah membuat mas kaget dan panik seperti itu!”

“Bukan salah Bapak kok. Hari ini adalah hari pertama saya bekerja sebagai sopir taksi. Sebelumnya, hampir delapan belas tahun menjadi sopir mobil jenazah,” sahut sopir taksi.