Bicara nasi

Dalam bahasa Indonesia, pemakaian istilah yang berhubungan dengan kata nasi banyak sekali. Hal ini bisa dimaklumi, karena nasi menjadi makanan pokok bangsa ini. Bahkan ada ungkapan kalau nasi belum masuk perut, diartikan sebagai ‘belum makan’, meskipun berpotong-potong roti/kue telah masuk ke dalam perutnya.

Perjalanan sebutir nasi sangatlah panjang, karena setidaknya ia akan bernama beras dulu. Nah, untuk menjadi sebutir beras pun ada proses yang cukup panjang pula. Maka, istilah nasi menjadi sangat penting dalam bahasa Indonesia.

Nasi didefinisikan sebagai beras yang sudah dimasak, caranya bisa dengan ditanak atawa dikukus. Dalam pengertian yang lain, nasi juga berarti rezeki misalnya dalam kalimat ‘ia mencari sesuap nasi dengan bekerja keras’.

Tak bisa dipungkiri, lagi-lagi karena ia menjadi makan pokok kita, maka timbul berbagai macam istilah nasi, seperti nasi detus yakni nasi setengah masak, kalau dikunyah masih ada bagian yang keras; nasi golong yakni nasi yang dikepal dan dibentuk bulat; nasi goreng yakni nasi yang diberi bumbu dan digoreng;  nasi gurih yakni nasi yang dimasak dengan santan dan bumbu; nasi kebuli yakni nasi yang dimasak sekaligus dengan daging domba dan diberi bumbu;  nasi kerak yakni nasi yang berasal dari kerak; nasi kuning yakni nasi yang cara memasaknya diberi kunyit dan santan; nasi lemang yakni beras ketan dengan santan yang dimasak dalam tabung bambu; nasi liwet yakni (1) nasi yang ditanak saja, tanpa dikukus dan (2) nasi yang dimasak dengan santan; nasi pulut yakni nasi ketan; nasi putih berarti nasi tanpa lauk-pauk; nasi rames yakni nasi dengan berbagai lauk-pauk; nasi rawon yakni nasi dengan lauk kuah dan daging rawon; nasi samin yakni nasi yang dimasak dengan minyak samin; nasi tim yakni nasi lembek yang dimasak dengan cara ditaruh dalam mangkuk yang direbus di kuali atawa panci bertutup; nasi tumpeng yakni nasi yang dibentuk seperti kerucut atawa gunung, biasanya untuk selamatan yang di bagian tengah atawa di pinggirnya dihias dengan sayur dan lauk-pauk; nasi bungkus/timbel yakni nasi yang dibungkus dengan daun pisang/daun jati/kertas (istilah ini berkembang menjadi nasi kotak yakni nasi yang disajikan di dalam kardus); nasi uduk yakni nasi yang dimasak dengan santan dan diberi bumbu; dan sebagainya. Masing-masing daerah mempunyai nama dan cara memperlakukan nasi.

Kata nasi dapat ditemukan dalam peribahasa kita, seperti: nasi habis budi bersua, sahabat yang pada akhirnya kelihatan pekertinya yang buruk atawa sesudah mendapat kesusahan, barulah ingat akan sahabatnya; nasi sama ditanak, kerak dimakan seorang, pekerjaan dilakukan bersama-sama, tetapi keuntungannya diambil sendiri;  nasi sudah menjadi bubur, sesuatu yang sudah telanjur, tidak dapat diperbaiki atawa diubah lagi;  nasi tersaji di lutut, keuntungan yang diperoleh dengan mudah; dan sebagainya.

Itulah sekelumit tentang nasi. Ia sangat berarti bagi kehidupan kita, selayaknya kita menaruh hormat kepadanya. Cara yang paling bijak memperlakukan nasi: habiskan yang ada di piring kita, jangan terbuang sia-sia.