Belajar Legowo dari John McCain

Proses pemilihan presiden Amerika Serikat beberapa waktu lalu telah menyedot perhatian dunia, termasuk saya yang mengikuti sejak pertarungan intern calon presiden dari kubu Demokrat maupun Republik. Akhirnya Obama menang. Sungguh menarik.

Indonesia, tanggal 08 Juli 2009 memilih presiden RI untuk periode 2009 – 2014, mestinya bisa belajar banyak dari proses pemilihan presiden AS kemarin. Banyak sekali yang bisa diteladani dan yang paling penting adalah legowo jika kalah bertanding dan mengakui kekalahannya. Kita bisa belajar dari John McCain (72) yang secara jantan mengakui kehebatan “anak muda” Barrack Obama (47).

Pidato pengakuan kekalahan John McCain, waktu itu saya lihat di Metro TV. Ketika pendukungnya berseru : hhuuuu…!!! Saya melihat gerakan tangan John McCain menenangkan para pendukungnya.

Kita telah sampai pada akhir perjalanan panjang. Rakyat Amerika telah berbicara (memilih) dan mereka berbicara secara jelas. Apa pun perbedaan kita, kita semua adalah orang Amerika. Saya desak semua warga Amerika yang mendukung saya untuk bersama saya tidak hanya memberikan selamat kepada dia (Obama), tetapi menawarkan kepada presiden kita mendatang kehendak baik kita dan usaha yang sungguh-sungguh untuk bersama-sama mencari jalan, berkompromi, menjembatani perbedaan kita, mempertahankan keamanan kita dalam dunia yang berbahaya ini, dan mewariskan kepada anak cucu kita sebuah negara yang lebih baik dan lebih kuat dibandingkan yang kita warisi. Kalau sekarang ini kita kalah, ini bukan kegagalan Anda semua, tetapi kegagalan saya!” Kemudian McCain menutup pidatonya dengan mengatakan “Malam ini sangat berbeda dengan malam-malam sebelumnya, tidak ada dalam hati saya kecuali kecintaan saya kepada negeri ini dan kepada seluruh warga negaranya, apakah mereka mendukung saya atau Senator Obama. Saya mendoakan orang yang sebelumnya adalah lawan saya semoga berhasil dan menjadi presiden saya”.
 

Coba Anda bayangkan, jika capres-cawapres yang kalah bertanding nanti akan melakukan pidato semacam ini. Kita tidak akan mendengar lagi berita-berita bentrok massa atau protes yang disertai dengan kekerasan dan pengrusakan karena calon pemimpin mereka gagal meraih suara terbanyak.