Abimanyu Memilih Hengkang

Surat kabar itu dilemparkan oleh Abimanyu. Berita tentang siapa yang akan ditunjuk Prabu Yudhistira untuk menjadi pemimpin dan pendamping Katumenggungan Yatran (Kementerian Keuangan) Kerajaan Indraprastha telah mengusik hatinya. Betapa tidak, berkali-kali ia telah diminta menghadap Prabu Yudhistira untuk fit & proper test bahkan ia telah menandatangani pakta integritas dengan sang Prabu, tetapi di surat kabar itu bukan nama dia yang disebut.

Beberapa waktu yang lalu, di kalangan rakyat Indraprastha sudah berharap adanya duet yang ideal, di mana Abimanyu mendampingi Srikandi di Katumenggungan Yatran. Tetapi situasi politik di Indrapastha sungguh kacau balau, para pejabatnya saling menghujat dan mengutuk. Srikandi, perempuan yang cerdas itu bahkan menjadi bulan-bulanan. Srikandi dijadikan kambing hitam atas carut marutnya perekonomian di Kerajaan Indraprastha. Sebenarnya, ontran-ontran di Indrapastha bisa saja diatasi oleh Prabu Yudhistira, tetapi semua rakyat tahu bagaimana sikap sang Prabu, sangat lambat menyelesaikan setiap masalah. Raja Indrapastha itu lebih suka menebarkan pesonanya, sampai akhirnya datang lamaran dari Dewa Artha yang meminang Srikandi untuk menjadi Ksatria Utama di Istana Dewa Artha.

Dan kebanyakan rakyat menangisi kepergian Srikandi, perempuan perkasa itu. Dihujat di negeri sendiri, tetapi malah disubya-subya kehebatan dan kesaktiannya oleh penghuni negeri para dewa. Ironis.

Abimanyu menghempaskan tubuhnya. Sekali lagi ia lirik surat kabar yang tergeletak di lantai. Di sana ada gambar Srikandi yang sedang mengusap air mata, air mata keharuan karena harus berpisah dengan negeri yang telah ia selamatkan. Kepergian Srikandi telah menginspirasi Abimanyu. Ia segera beranjak dari kursinya menuliskan sesuatu.

Dua hari kemudian, terjadi kegegeran di Indrapastha. Abimanyu memutuskan hengkang dari Indrapastha, karena merasa tidak dihargai lagi oleh Prabu Yudhistira. Sia-sia ia telah menunggu sekian lama, ternyata bukan ia yang terpilih mendampingi Tumenggung Yatra.

Pilihannya itu untuk menunjukkan suara hati, sikap, dan harga diri. Abimanyu akan kembali ke pawiyatan agung, menjadi pengajar di almamaternya dan bermain saksofon bersama kawan-kawannya.

Seperti dahulu.