Dahsyatnya Zakat

Gino memberikan setumpuk dokumen yang harus ditandatangani Pak Bos. Gino, kini punya jabatan ganda: OB sekaligus merangkap sekretaris.

“Oh iya pak, tadi waktu Bapak meeting ada telepon dari lembaga zakat. Apa saya teleponkan balik pak?” kata Gino.

“Ntar saja, habis ini ada tamu kan?” tanya Pak Bos.

“Nggih. Boleh tanya pak?”

Pak Bos mengangguk.

Kok Bapak kalau membayar zakat melalui lembaga pengelola zakat sih?”

Gino disuruh duduk, karena Pak Bos akan bicara agak panjang.

“Saudara-saudara kita sepertinya lebih senang membayarkan zakat sendiri-sendiri,” Pak Bos memulai menjawab pertanyaan Gino. “Zakat tersebut secara langsung dibagi-bagi kepada mustahik atawa orang miskin. Mereka tidak lagi menyalurkan zakat kepada pengelola zakat yang amanah untuk didayagunakan dalam mengatasi kemiskinan. Kamu masih ingat tragedi pembagian zakat yang menewaskan beberapa orang tahun lalu, bukan?  Umat Islam begitu bangga beribadah zakat sendiri-sendiri, tidak termobilisasi dan habis begitu saja setiap kali dibagikan, tanpa sisa, tanpa bekas. Karena zakat tadi hanya dipakai untuk tujuan konsumsi penerimanya, seperti untuk membeli beras dan kebutuhan lainnya.”

“Coba kamu bayangkan, jika zakat-zakat itu terkelola secara baik dan benar melalui sebuah lembaga pengelola zakat yang amanah. Zakat akan bisa membantu jutaan orang miskin di Indonesia atawa mendirikan rumah sakit dan klinik gratis di berbagai daerah. Mereka juga bisa mendirikan dan mengelola sekolah unggulan gratis serta membantu ribuan anak sekolah di Indonesia, memberikan beasiswa mulai dari murid SD hingga mahasiswa, melatih para guru, membangun dan mengembangkan peternakan untuk menolong peternak, serta mengembangkan program pertanian untuk menolong para petani. Betapa dahsyatnya mengembangkan suatu daerah melalui pemberdayaan masyarakat yang berasal dari dana zakat.”

“Kalau boleh berandai-andai, nekjika di masa mendatang mobilisasi zakat semakin besar, maka zakat betul-betul mampu didayagunakan untuk menolong orang miskin untuk keluar dari kemiskinannya. Dana zakat pada masa depan juga akan digunakan untuk mendirikan atau membeli perusahaan-perusahaan besar yang kepemilikannya akan diserahkan kepada orang miskin, mempekerjakan orang miskin dan keuntungannya untuk menyejahterakan orang miskin. Sehingga pada suatu hari nanti di pusat-pusat bisnis akan hadir perusahaan-perusahaan raksasa yang kepemilikannya berasal dari dana zakat.”

Gino cuma mengangguk-angguk saja mendengar uraian Pak Bos. No Extension berdering, reception memberitahu kalau tamu Pak Bos sudah datang.

Gino mohon diri untuk membereskan pekerjaan yang tertunda.