Bangun dari tidur panjang

Gino dan Tarman – dua cantrik Padeblogan, tengah thingak-thinguk di depan pintu kamar Kyaine. Hari ini, Jumat Pahing, tepat sebulan Kyaine bertapa dan sebelumnya sudah berpesan kepada keduanya untuk membangunkan dari bertapanya.

“Ini sudah jam-nya belum, No?” tanya Tarman sambil membezuk arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

Wis. Ayo kita ketuk pintu ini!” tukas Gino sambil beringsut mendekati pintu.

Lalu ia mengetuk pintu yang terbuat dari kayu sengon laut itu.

“Kyaine, mohon izin kami mau masuk,” kata Gino yang kemudian mendorong pintu ke arah dalam. Pintu memang tidak terkunci.

Kedua cantrik masuk ke dalam kamar dan mendapati Kyaine dalam posisi duduk. Mereka menunggu reaksi pengasuh Padeblogan yang masih memejamkan matanya.

Wis wayahe, pa?” Kyaine berkata lirih, kemudian membuka matanya.

Gino dan Tarman duduk di depan Kyaine. Orang tua yang selama tujuh tahun mengasuh mereka itu tersenyum.

“Ada kabar apa di luar sana?” tanya Kyaine.

“Anu… banyak demo, Kyaine. Sesama anak bangsa saling menghujat satu dengan lainnya. Semua merasa benar,” jawab Tarman.

Kyaine cuma mengangguk-angguk saja. “Kabar sing nyenengke ati, ana ora?

“O, wonten. Ada, Kyaine,” tukas Gino bersemangat.

“Apa kuwi, No?” tanya Kyaine penasaran.

“Satria Minangkabau telah lahir di Bumi Mataram, Kyaine!” Gino dan Tarman berbicara serentak.

“Alhamdulillah,” ucap syukur Kyaine. “Ngomong-ngomong, aku luwe No.”

Ngopi, Kyaine?” tawar Tarman.

Kok ngopi sih, Man. Sebentar saya bikinkan indomi, biar perut panjenengan anget,” kata Gino, kemudian pamit keluar kamar diikuti oleh Tarman.

Kyaine berjalan menuju jendela, lalu dibuka lebar-lebar. Udara segar masuk ke dalam kamarnya. Dari sana ia sapukan pandangan ke arah luar sejauh mata memandang. Lingkungan Padeblogan masih terlihat bersih dan asri, tak ada rumput liar yang tumbuh di halamannya.

“Apa panjenengan ndak kangen nulis lagi, Kyaine?” suara Gino membuyarkan lamunannya.

Gino meletakkan mangkuk yang berisi masakan mi instan di atas meja dan mempersilakan Kyaine untuk makan. Kyaine menghampiri meja dan menikmati mi buatan Gino yang konon pas banget cita-rasanya.

Sesuk tak nulis maneh, No!”