Balada sandal jepit

Demi alasan kenyamanan dalam perjalanan panjang Karawang – Jogja, saya mengenakan sandal jepit. Hal ini biasa saya lakukan jika sedang melakukan perjalanan (darat) yang memakan waktu berjam-jam.

Sandal jepit saya berwarna hitam, modelnya juga anti mainstream meskipun harganya seperti harga sandal jepit yang lain. Perjalanan ke Jogja kali ini saya tempuh melalui jalur selatan via Tol Cipali.

Pemberhentian pertama di sekitaran Pejagan, untuk melakukan isoma. Sengaja mampir di warung sate kambing (muda), saya ingin menikmati sop kambing untuk menghangatkan badan.

Warung tersebut cukup ramai. Ada beberapa mobil travel yang berhenti di situ, untuk istirahat dan dilakukan check point.  Saya menuju ke toilet yang berada di belakang warung. Untuk masuk toilet sandal mesti dilepas. Sebetulnya saya risih dengan kaki telanjang masuk toilet umum seperti itu. Tapi saya lihat toilet cukup bersih dan wangi.

Begitu keluar toilet, sandal jepit saya tidak ada di tempatnya. Di sana tertinggal sandal jepit yang mirip dengan sandal jepit milik saya tapi kondisinya sudah agak lusuh.

Saya pakai sandal jepit tersebut dan mencari orang yang memakai sandal saya. Bagai dedektif, saya amati satu persatu kaki orang yang menggunakan sandal jepit. Bingo! Ketemu deh. Seorang anak muda yang tengah memesan pop mie yang memakai sandal saya. Pundaknya saya tepuk dan saya tegur kalau salah memakai sandal. Tak ada perlawanan. Sandal pun bertukar posisi.

Jam empat pagi, mas supir membangunkan saya. Sudah sampai di Purworejo, waktunya shalat subuh. Kami mampir di sebuah SPBU. Kok ndilalah ramai, ada rombongan bus wisata yang istirahat juga.

Sama seperti di warung sate Pejagan, ke toilet mesti melepas sandal. Tapi kali ini disediakan sandal jepit untuk masuk toilet. Saya pun melepas sandal jepit kesayangan saya, untuk menjaga tetap kering.

Begitu saya keluar toilet, sandal jepit saya tidak ada di tempatnya. Saya menduga pasti ada yang menggunakan masuk toilet. Saya hitung sandal (bukan jepit) dan sepatu, ada dua belas pasang. Berarti ada di antara kedua belas orang yang memakai sandal jepit saya.

Dengan mata terkantuk-kantuk, saya sabar menunggu satu per satu orang keluar dari toilet. Pada orang terakhir, sandal jepit baru kembali ke saya.

Sandal tersebut dalam keadaan basah.