34

Batas psikologi ukuran celana saya adalah 34. Nekjika celana saya yang berukuran 34 sudah mulai sesak dimasukkan ke pinggang artinya perut saya makin melar atawa lingkar pinggang saya bertambah ukurannya. Ukuran 34 di sini berarti bersatuan panjang inci, jika dikonversi ke cm kira-kira sepanjang 85 cm.

Sebenarnya enak jadi orang nggak punya pinggang soalnya nggak bakalan terserang sakit pinggang.

Sebulan belakangan ini, saya mulai ngap kalau menggunakan celana berukuran 34. Trik yang saya pakai, saya tak pernah memasukkan baju ke celana, soalnya saya sering membuka kancing celana supaya perut terasa lega apalagi saat duduk. Kenapa nggak beli saja celana ukuran 35 atawa 36?

Mboten. Mau beli celana baru, mesti utak-utik budget bulanan dulu. Maka ketika libur sabtu minggu saya membongkar lemari dan mendapatkan 2 potong celana bahan (kain) yang telah tersimpan hampir empat tahun. Saya mencobanya,  dan alhamdulillah pas ukurannya. Jadi, empat tahun yang lalu lingkar pinggang saya pernah berukuran lebih dari 34 ya. Lha kok malah ngurusi ukuran celana sih mas, bukan berupaya mengecilkan perut? Bentar… bentar… saya mau cerita nih.

Salah satu perubahan fisik pada usia paruh baya adalah faktor kelebihan berat badan, di mana terjadi timbunan lemak di perut dan pinggang. Dan faktor kelebihan berat badan inilah yang sedang saya alami, terutama lemak yang berlebih di perut saya. Kalau tinggi badan 170, sementara berat badan 78, normal nggak sih?

Kerepotan lain dengan perut buncit dan celana sesak adalah ketika menghadiri acara yang tidak menyediakan kursi alias lesehan. Sepanjang acara berlangsung saya harus menahan perut yang tertekan dan ini sungguh mengganggu sistem sirkulasi pernafasan.

Untuk mengurangi lemak di perut saya pernah melakukan akupuntur. Terapi beberapa kali, perut susut cukup signifikan. Celana ukuran 32 saya bersorak gembira karena sering saya pakai lagi. Tetapi ada syarat ketat yang harus saya jalankan: menjaga makanan yang masuk ke perut harus benar-benar terseleksi.

Bagaimana dengan olah raga? Kegiatan ini tidak saya lakukan, meskipun sekedar push up, sit up atawa senam dengan gerakan ringan. Jalan pagi di hari Sabtu pun mulai saya tinggalkan.

Lagi-lagi masalah kedisiplinan yang menjadi kelemahan saya. Setiap ada makanan enak dan berlemak saya tidak bisa menahan untuk tidak mengkonsumsinya. Kadang tak tahu waktu. Menjelang tidur masih mengonsumsi mi instan. Tak heran perut kembali membuncit.

Celana ukuran 36 sudah mulai merayu untuk segera saya kenakan!