Demi cintaku padamu

Kekaisaran Mughal berduka. Permaisuri Arjumand Banu Begum mangkat setelah melahirkan anak ke-14 mereka. Kaisar Mughal Shah Jahan begitu sayang dan cinta kepada permaisuri yang berasal dari Persia itu. Arjumand yang juga dikenal dengan nama Mumtaz ul Zamani meninggal dalam usia 39 tahun.

Pada suatu malam, kira-kira setahun sebelum mangkatnya Arjumand, Kaisar Mughal mendatangi pembaringan permaisurinya. Kaisar yang kekayaannya tiada terkira itu sangat menyayangi Arjumand.

“Dinda Mumtaz, mintalah sesuatu kepadaku dan aku akan mengabulkan permintaanmu itu.”

“Kanda, saya ingin dibuatkan sebuah makam yang tak pernah disaksikan dunia sebelumnya untuk mengenangnya.”

Kaisar terkejut dengan permintaan absurd permaisurinya sebab berbicara masalah makam, sebuah kematian. Rupanya Arjumand dapat membaca raut muka suaminya dan segera saja ia melumuri mukanya dengan senyuman hangat.

“Semua orang pasti mati, bukan? Kanda bisa membangunnya segera, meskipun entah kapan saya akan menempati bangunan tersebut.”

Kaisar pun segera memanggil arsitek terbaik dari Mughal, Ahmed Lahauri. Siang dan malam, Lahauri berdikusi dengan Kaisar untuk menggali keinginan dan ide Kaisar Mughal tersebut.

“Bangunan tersebut merupakan simbol cinta abadiku kepada Mumtaz ul Zamani.”

Lahauri pun berusaha menterjemahkan keinginan Kaisar dalam karya arsitektur yang kelak membuat dunia mengaguminya. Kaisar sangat senang dengan gambar arsitektur yang diajukan Lahauri dan ia sendiri akan mengawasi secara langsung konstruksi bangunannya. Proyek mahakarya itu pun dimulai.

Syahdan, untuk mewujudkan proyek prestisius tersebut Penguasa Mughal itu mengerahkan dua laksa pekerja, seribu gajah dan mendatangkan material-material mahal dan eksotik yang sebagian besar berupa marmer putih dari seluruh wilayah India,  Afghanistan, Tibet dan Tiongkok.

Ketika proyek baru berjalan beberapa bulan, permaisuri Mumtaz meninggal. Sungguh, kematian istri yang sangat disayanginya itu membuat kesehatan Kaisar mengalami kemerosotan tajam. Kondisi tubuh Kaisar berubah cepat tua dibandingkan dengan usia yang sebenarnya, rambut memutih dan tubuh semakin kurus.

Hal tersebut tidak menyurutkan niat untuk membangun simbol cinta sejati, malah ia semakin giat untuk segera menyelesaikannya. Seiring berjalannya waktu, ternyata untuk membangun sebuah bangunan yang berarsitektur menakjubkan ini baru diselesaikan dua puluh dua tahun kemudian.

Di masa tuanya, Kaisar Shah Jahan memiliki akhir hidup yang menyedihkan. Sembilan tahun sebelum meninggal, ia jatuh sakit dan anak-anaknya justru sibuk memperebutkan tahta Kaisar.

Adalah dua anaknya dari Mumtaz yakni Dara Shikoh dan Aurangzeb, mereka yang berseteru karena tahta. Dara Shikoh tewas dibunuh Aurangzeb, kemudian ia berhasil menggulingkan tahta Kaisar Shah Jahan, yang tak lain ayahnya sendiri. Tidak sampai di situ, ia juga memenjarakan ayahnya tersebut di Benteng Agra seumur hidup.

Tentu saja Shah Jahan tidak bisa lagi mengunjungi Taj Mahal yang juga menjadi tempat peristirahatan terakhir istri yang sangat dicintainya itu. Ia hanya bisa memandang Taj Mahal dari kejauhan, itu pun melalui celah dinding ruang penjaranya.

Tragis.