Dalam menulis saya tidak terlalu ambil peduli dengan gaya bahasa saya mengikuti mahzab yang mana. Ini masalah kebiasaan saja, kok. Kebiasaan menulis akan membentuk gaya bahasa. Saya sependapat jika masalah gaya bahasa ini sesuatu yang penting dalam bidang kepenulisan. Gaya bahasa bukan melulu cara bertutur tetapi juga berperan dalam menyapa pembaca.
Setiap penulis mempunyai gaya bahasa sendiri. Dalam merangkai kalimat ia bebas menyelipkan emosi-emosi yang akan menjadi ciri khasnya, bisa saja lucu, narsis, mengharukan, konyol, menyebalkan atau berbagai macam emosi yang lain. Semua tidak ada ada pakemnya.
Gaya bahasa mempengaruhi rasa bahasa. Sebetulnya, dua hal ini saling berkaitan. Saya sering menjumpai sebuah tulisan tidak mempunyai rasa bahasa sama sekali. Tulisan tersebut biasanya hasil comot sana-sini dan dicoba untuk sambung-menyambung menjadi satu paragraf. Dibaca sepintas sih kelihatan hebat, tetapi kalau dicermati wah.. parah! Penulis tersebut tidak menguasai ilmu meramu berbagai gaya bahasa, jadinya bahasanya terasa hambar.
Lalu, bagaimana cara ‘memasak’ kata-kata sehingga menghasilkan rasa bahasa? Seorang koki yang hebat, asalnya dari belajar meramu bumbu dan bahan masakan, dan itu dilakukan terus-menerus sehingga mendapatkan rasa makanan yang pas di lidah. Sama seperti ketika menulis. Satu tulisan selesai, alangkah baiknya kalau dirasa-rasakan dulu, kata atau kalimat mana yang kurang pas atau yang berpotensi menimbulkan salah persepsi bagi para pembaca.
Beberapa hari ini saya kembali belajar memasak kata-kata. Telah lama sekali saya tidak menulis, soalnya saya sedang senang-senangnya menonton film dan sementara menelantarkan buku-buku yang sudah lama saya beli. Memulai menulis lagi berasa sangat kaku. Saya menyiasati dengan membongkar tulisan-tulisan lama. Saya baca kembali, lalu ubah susunan kalimatnya supaya kelihatan tulisan baru.
Percaya atau tidak, kalau ingin tulisan kita mempunyai rasa bahasa yang enak, biasakanlah membuat dan membaca sajak. Di sana kita akan temukan penyedap rasa berupa kata-kata indah – yang mungkin baru kita kenal.