Berikut ini percakapan Marni dengan Ginah petugas klining serpis, di depan meja Marni pada jumat pagi.
“Lelaki yang tepat untuk diajak berbagi hidup hingga akhir hayat akhirnya berhasil kamu temukan, Nah!”
“Nggih mbak, tapi mas Slamet nggak kunjung mengajak saya menikah, je. Pripun caranya agar mas Slamet segera mengambil keputusan, mBak?”
“Apa kamu sudah siap diajak berkomitmen lebih jauh lagi? Mbok ditanyakan padanya apalagi yang ditunggunya. Pacarmu itu kan sudah diangkat jadi karyawan tetap sudah lama to Nah? Bicarakan secara terbuka tentang rencana masa depan yang akan kamu jalani berdua. Bila memang ia berniat menikah maka desakan lembut kamu akan membuatnya tergerak mengajukan lamaran segera!”
“Waduh… bicaranya mBak Marni ini kok ndakik bener ya? Tapi saya matur nuwun ding, atas pemberian nasihat pagi ini. Ada cara lain mBak?”
“Ealah, Ginah… Ginah… gayamu itu loh.. Eh, besok hari minggu keponakan mas Gino kan jadi pengantin to? Kamu mau diundang juga kan?”
“Inggih mBak. Malah rencananya besok mau kondangan bareng Mas Slamet kok.”
“Ya, kebetulan kalau begitu. Besok itu buatlah komentar positif atas pesta perkawinan keponakan Mas Gino misalnya: wah… pesta mereka tampak bahagia, ya mas? lalu lihat reaksi mas Slametmu itu. Jika ia juga berkomentar positif, paling tidak ia bukan tipe LTK!”
“Apa itu LTK, mBak?”
“Lelaki takut kawin!”
“mBak Marni ini jebulnya lucu. Tapi kalau mas Slamet diam saja atau malah berkomentar negatip, pripun mBak?”
“Artinya ia belum siap diajak hidup mapan. Tapi mas Slamet tetap butuh dorongan walau ia telah memutuskan kamu sebagai pilihan paling tepat!”
“Oh, mas Slamet… ai mis yu… moah..moah…!
“Jika topik pernikahan telah berhasil kamu munculkan, segeralah diskusikan berdua. Kamu kudu jujur dan terbuka. Kamu bisa mengatakan bahwa senang melihatnya mulai memikirkan masa depan dan kelanjutan hubungan kalian berdua. Itu bisa menjadi pembuka pembicaraan serius.”
“Sip tenan ular-ular mBak Marni ini. Tapi kalau pembicaraan itu nggak berhasil menjawab pertanyaan tentang rencana menikah, pripun mBak’e?”
“Ya sudah, putuskan dalam hati sampai kapan kamu masih mau menunggunya. Kalau mas Slamet tetap terlihat adem ayem wae, nggak kunjung berencana melamar, segera beritahu kalau waktunya sudah expired, sudah habis. Berani nggak kamu?”
“Berani dong, wong demi masa depan je!”
“Banyak lelaki yang nggak kunjung melamar. Perempuan nggak bisa menunggu lagi, dan ketika ada lelaki lain yang telah siap, maka menikahlah mereka! Akhirnya sang pacar kecewa karena kehilangan kesempatan emas. Ini kata Kyaine loh Nah.”
“Terus pripun, mBak?”
“Kamu dari tadi pripan-pripun aja. Tapi kamu kudu ingat, jika menjalankan taktik ini, dua kemungkinan ekstrim bisa muncul : mas Slamet langsung melamar atau malah kabur meninggalkan kamu! Memang menyakitkan bila ternyata ia memutuskan nggak mau berbagi hidup dengan kamu. Tapi sebenarnya itu patut juga disyukuri karena berarti ia bukan lelaki yang tepat untuk kamu. Jadi nggak perlu bersedih yang kelewat batas. Oke, Nah?”
“Oh tidak…!!”