Filosofi Aneka Lomba Perayaan 17-an

HUT Kemerdekaan RI disambut suka-cita oleh bangsa Indonesia dari kota sampai pelosok desa. Berbagai kegiatan dilaksanakan untuk memeriahkan HUT RI tersebut, mulai dari gotong royong membuat gapura, bersih-bersih lingkungan, mengecat pagar dan yang tak kalah menariknya adalah diselenggarakannya aneka perlombaan.

Perlombaan yang digelar lebih bersifat hiburan, diikuti oleh berbagai kalangan baik tua, muda maupun anak-anak. Sifatnya bisa individual atau berkelompok. Kalau dicermati, aneka lomba di perayaan 17-an mengandung filosofi yang berhubungan dengan upaya bangsa Indonesia meraih kemerdekaannya. 

Lomba makan kerupuk. Kerupuk terikat pada seutas tali, dan digantung yang tingginya di atas mulut peserta lomba. Aturan main, kedua tangan tidak boleh memegang tali/kerupuk, untuk itu kedua tangan disembunyikan di belakang pinggang. Hebohnya, tali gantungan kerap berayun akibat tarikan dari peserta lain.

Permainan ini mengajarkan kepada kita, di jaman penjajahan dulu rakyat mengalami kesulitan sandang, pangan dan papan. Untuk makan yang paling sederhana sekali pun mengalami kesulitan, akibat hasil panen penduduk diambil paksa oleh penguasa. Akibatnya, banyak rakyat yang kurang gizi bahkan mati kelaparan.

Lomba balap karung. Pemain masuk ke dalam karung, kemudian dengan lari dengan cara meloncat. Tidak jarang pemain terjatuh berguling-guling. Karung ini mengingatkan pada saat dijajah oleh Jepang. Sebagian besar rakyat mengalami penderitaan sangat berat, karena bahan pakaian sengaja tidak didistribusikan sehingga yang tertinggal hanyalah karung goni bekas.

Kain yang berserat kasar tersebut menimbulkan gatal-gatal di kulit karena sebagai sarang kutu. Filosofi menginjak-injak karung, kita meninggalkan pakaian yang sangat tidak pantas pakai tersebut. Ada makna lain dari balap karung yaitu betapa sulitnya berlari ketika kedua kaki terkungkung di dalam karung. Seperti kungkungan penjajah terhadap kebebasan rakyat untuk kemajuan bangsa Indonesia.

Lomba tarik tambang. Permainan ini mengajarkan bagaimana membentuk tim yang kompak dalam menyusun strategi yang tepat untuk dapat menarik tambang dengan kekuatan penuh. Makna dari permainan ini bahwa persatuan sebagai modal utama untuk mengalahkan penjajah.

Lomba panjat pinang. Biasanya lomba ini digelar sebagai puncak acara dari aneka perlombaan. Lomba ini sering membuat tawa geli penonton. Pemanjat yang sudah mencapai ketinggian tertentu harus kembali merosot ke bawah. Mereka berusaha berkali-kali menggapai hadiah di ujung tiang batang pinang berlumur oli dan minyak.

Untuk mencapai puncak, mereka harus bekerja sama saling bahu-membahu. Filosofi permainan ini adalah kebersamaan komponen bangsa untuk meraih kemerdekaan.

Lomba memindahkan belut. Permainan ini memindahkan seekor belut ke tempat lain. Makna permainan ini, betapa pun sulit dan licinnya belut penjajah tetap harus diusir dari negeri ini. Perlu kesabaran dan ketekunan.