Sepatu Kaca Cinderella

Gadis yang sehari-harinya berpakaian lusuh dengan muka penuh jelaga, tetapi di malam itu kecantikannya bak bidadari langit ke tujuh.

“Kini namamu bukan Upik Abu lagi, tetapi Cinderella,” kata ibu Peri yang baik hati. “Nah, sekarang berangkatlah ke pesta yang diadakan oleh Pangeran Tampan. Siapa tahu ia berjodoh denganmu, Cin!”

“Tapi… ibu… aku ke sana naik apa?” rajuk Cinderella.

“Di depan rumah sudah aku sediakan mobil dan sopirnya. Coba kamu tengok dari jendela ini,” kata ibu Peri sambil menyibak tirai jendela.

“Wow.. itu kan mobil yang seharga satu koma tiga milyar itu ya?” mata Cinderella berbinar-binar.

“Huss, bukan.. bukan segitu harganya. Sudah diralat, harganya cuma empat ratus delapan puluh tujuh juta saja. Sudah.. sekarang cepatlah kamu berangkat, nanti terlambat!” tukas ibu Peri. “Tapi ingat, sebelum jam dua belas malam kamu harus segera pulang. Itulah batas waktu kamu jadi Cinderella. Setelah itu  kamu akan menjelma menjadi Upik Abu lagi!” ibu Peri memberikan penjelasan.

Cinderella pun segera naik ke mobil sedan untuk menuju istana Pangeran Tampan. Tidak membutuhkan waktu yang banyak untuk sampai di istana.

Dengan anggunnya Cinderella melangkahkan kaki dan menyihir para tamu undangan yang ada di ball room istana. Hampir semua bibir berdecak kagum menyaksikan kecantikan Cinderella. Mata Pangeran Tampan juga menatap Cinderella, mengikuti irama gerak tubuh semampai Cinderella.

“Selamat malam Pangeran. Bolehkah hamba ikut serta dalam pesta malam ini?” sapa Cinderella dengan mengatupkan dua tangan di depan dadanya sambil sedikit membungkukkan badan.

“Bol… blo.. eh.. bol.. eh… tentu.. Putri.. ,“ suara Pangeran bergetar dan tergagap karena pesona kecantikan sang Putri.

“Tenang Pangeran. Jangan gagap gitu dong. Ntar dikira Aziz gagap gimana. Rileks..atuh kak..” bisik adik sepupu Pengeran.

Pangeran memberikan kode kepada pemain musik agar melantunkan lagu BCL terbaru dengan irama orchestra. Ia ingin berdansa-dansi dengan sang Putri Cinderella. Dengan gemulai mereka berdua berdansa mengikuti irama lagu. Heran ya, dari mana ceritanya Cinderella kok  tiba-tiba bisa dansa?

Teng… teng… teng… jam dinding istana berdentang. Cinderella kaget. Ditepiskan pelukan sang Pangeran. Ia bergegas keluar ball room, berlari ke arah parkiran mencari mobilnya. Ia tak memperhatikan ada pembatas jalan. Kakinya terantuk. Sepatu kanannya lepas. Ia meraung kecil. Kesakitan. Agar kaki kirinya leluasa berlari dilepas dan dibuanglah sepatu yang dipakainya. Kini ia bertelanjang kaki menuju mobilnya.

Pak sopir yang sedang tiduran menikmati lagu Sakit Gigi-nya Meggy Z diminta segera meninggalkan tempat itu. Wuss… mobil melaju menuju rumah.

“Emang kenapa buru-buru mbak.. santai napa?” sapa pak Sopir setelah mobil sudah berada di jalan raya.

“Loh, kamu tadi nggak dengar apa pesan ibu peri apa?!” jawab Cinderella ketus.

“Lha.. lha… sekarang kan baru jam sebelas lebih sepuluh menit mbak. Mestinya tadi itu mbak Cinderella masih punya waktu satu jam. Coba lihat pakaian mbak, belum beruabah kan?” kata pak Sopir sambil menunjuk jam digital di dashboard mobil.

“Mati..gue.. jadi jam berdentang di istana tadi baru jam sebelas?!” Cinderella menyesali keteledorannya.

“Kita balik lagi mbak?” tanya pak Sopir.

“Nggak usah.. dandananku sudah terlanjur amburadul seperti ini. Sepatuku hilang lagi. Aduh… aduh…!!” keluh Cinderella.

“Kenapa.. mbak?” tanya pak Sopir cemas.

“Kakiku berdarah pak. Sakit banget, seperti keseleo. Cepetan pak, supaya segera sampai di rumah” jawab Cinderella.

Sementara itu di ball room istana. Pangeran Tampan terbengong menyaksikan ulah Cinderella yang melarikan diri. Kalau saja adik sepupu Pangeran tidak menepuk punggungnya, ia belum sadarkan diri karena asyik melongo. Buru-buru ia kejar Cinderella.

Tapi apa daya, ia hanya mendapatkan sepasang sepatu kaca di halaman parkir yang ia tengarai milik sang Putri Cinderella.

Sepasang sepatu kaca itu didekap di dadanya.

“Pengawal… panggilkan Kyaine ke sini. Cepat!!” teriak Pangeran Tampan kepada pengawal. Melebihi kecepatan loading internet, Kyaine sudah berada di hadapan Pangeran.

“Kyaine, mohon pencerahan. Sepasang sepatu ini sebaiknya aku apakan?” tanya Pangeran Tampan.

Kira-kira, Anda tahu nggak apa yang akan dikatakan oleh Kyaine?