Gino, si Cekatan. Ia sangat cekatan dan suka menolong. Kadang ia bisa membaca wajah orang yang perutnya keroncongan, dan buru-buru ia menawarkan sepiring mi instan siap santap. Atawa ketika mbak sekretaris beranjak dari tempat duduknya dengan memegang segepok dokumen, ia akan menghampiri mbak sekretaris sambil meringis: “mau fotokopi mbak, sini saya yang kerjakan.” Tak sedikit yang terganggu oleh sikap si Cekatan ini, meskipun sebenarnya maksud Gino baik, membantu pekerjaan cantrik yang lain.
Raihan, The immovable object. Ia seperti reco penthung, sulit digerakkan atawa digeser dengan buldozer sekalipun. Ia mendapatkan julukan arca karena ia suka menentang gagasan dan saran orang lain, terutama pada saat diskusi kelompok. Maunya hanya pendapatnya saja yang digunakan, sementara pendapat cantrik lain dianggap tidak berguna.
Joksan, si Tukang Oke. Ia menyenangkan bagi cantrik yang lain, karena ia selalu menyetujui secara total ide-ide dari cantrik lain. Entah itu ide brilian atawa yang sangat konyol.
Bejo, si Penghambat Sejati. Tidak sesuai namanya, ia sering membuat celaka orang lain misalnya memberikan jalan keluar yang salah pada suatu persoalan. Seringkali ia menghambat program kerja cantrik yang lain, entah karena kemalasannya atawa hobinya yang suka menunda pekerjaan.
Setro, si Asal Debat. Ia sangat agresif. Setiap mendengar pendapat cantrik lain ia akan mendebat, dan itu bisa menghabiskan waktu. Persoalan sepele akan dibesar-besarkan. Kalau sudah seperti ini, si Cekatan akan melakukan interupsi.
Mirah, si Gagap Akut. Sebetulnya, ia selalu mempunyai ide yang brilian, tetapi ia mempunyai kendala yang besar untuk menyampaikannya. Cantrik lain suka menggoda dengan kata-kata: “maksud lu???” dan akibatnya ia bertambah gagap saja. Ia tak kehilangan akal, ia tuliskan ide-idenya, lalu cantrik yang lain membaca dan memahaminya.
Meksa, The Side Conversationalist. Julukan ini pertama kali muncul di ruang meeting. Ternyata ada yang mengamati gerak-geriknya, ia selalu bicara dengan orang di sebelahnya ketika rapat berlangsung. Apa yang dibicarakan sering tidak ada hubungan dengan materi rapat. Pernah, tanpa sadar, ia tertawa keras sementara rapat sedang membicarakan hal yang sangat serius.
Teddy, si Lidah Penyimpang. Ia sangat menikmati perbuatannya ketika mengutarakan pendapatnya yang menyimpang dari topik bahasan. Orang lain sedang membicarakan unjuk rasa rakyat Bahrain, ia malah bicara masalah wig dan kacamata milik mas Gayus.
Anyel, si Pengeluh Tangguh. Baginya, tiada hari tanpa mengeluh. Masalah uang yang jadi topik utamanya. Ia tidak pernah bersyukur atas rejeki yang diterimanya. Hobinya yang lain adalah mengeluhkan kenapa teman-temannya tidak peduli kepadanya.
Mirna, si Pelamun. Entah karena banyak hutang, habis diputus pacarnya atawa punya persoalan yang memberati fikirannya, ia sering melamun. Pekerjaan jadi terbengkalai dan kagetan jika ada orang yang menyapanya tiba-tiba.
Miske, si Caper. Apa saja bisa jadi bahan baginya untuk mencari perhatian orang lain. Menghadapinya bikin… capek deh!!
Di hari Rebo Kliwon yang cerah ini, kesebelas cantrik tersebut sedang bersikap manis dan imut-imutnya. Maklum, sedang menunggu traktiran Kyaine makan siang di restoran jepang langganannya.