Umroh… Umroh… dan Umroh

Meskipun maktab saya 6 km jaraknya dari Masjidil Haram, tapi akses ke sana relative mudah. Dan membuat saya bersyukur, letak maktab tidak jauh dari Masjid Tan’im/Masjid Aisyah, masjid untuk miqot jika jamaah ingin melakukan ibadah umroh.

Jika saya ingin umroh, dari maktab ke Masjid Tan’im saya jalan kaki, bahkan pernah dapat tebengan dari orang arab yang baik hati dan sampai di sana berganti pakaian ihram, kemudian naik angkot ke Masjidil Haram yang bertarif 2 riyal. Alhamdulillah, saya bisa melaksanakan umroh beberapa kali. Bayangkan saja, kalau melakukan umroh dari tanah air berapa puluh juta harus dibayarkan ke biro perjalanan kan ha..ha..ha..

Dari umroh ke umroh, saya berusaha memperbaiki cara tawaf dan sa’i yang saya lakukan sebelumnya, termasuk menambah doa-doa yang belum saya mohonkan kepada Gusti Allah kemarin. Setiap duduk bersimpuh di depan Ka’bah, saya buka catatan do’a titipan dari teman dan kerabat dari tanah air. Namanya juga amanah, saya berusaha untuk selalu memegangnya.

Suatu saat saya ditegur oleh teman satu rombongan, kalau kepala saya jadi pitak di sana-sini. Maklum saja, ketika saya bertahalul asal memotong rambut saya.. cres…cres…cres…