Ziarah Pertobatan

Suasana swargaloka sangat indahnya. Namun, betapa terkejutnya ia ketika melihat Duryodana berada di swargaloka duduk manis di singgasana yang agung. Ia sapukan pandangan ke setiap sudut swargaloka, ia tak menemukan saudara-saudaranya. Bima dan adik-adiknya, juga Drupadi tak ada di swargaloka. (Dikutip dari Yudhistira ke Swargaloka)

Syahdan, sepekan menjelang meletusnya perang Bharatayuda hati Duryodana gelisah nian. Negeri besar Hastinapura yang ia pimpin mungkinkah akan memenangkan peperangan antar keluarga besar Wangsa Bharata itu?  Rasanya ia ingin memerintahkan kepada Patih Sengkuni dan saudara-saudaranya yang lain untuk membatalkan rencana peperangan, namun itu tak mungkin ia lakukan. Apa kata dunia jika raja sebesar Duryodana menjilat ludahnya sendiri?

Ia memanggil Banowati, istri tercintanya yang cuma satu-satunya itu. Perempuan paruh baya yang masih saja cantik itu menghampiri suaminya dan ia dapat membaca mimik kegelisahan di wajahnya.

“Istriku, persiapkan dirimu lahir dan batin, kita akan segera berangkat ke puncak Gunung Mahameru,” tukas Duryodana.

“Secepat inikah kita akan melakukan ziarah pertobatan ke sana, Mas?” tanya Banowati terkejut.

“Ya, besok petang kita berangkat. Perang besar sudah di depan mata. Kita minta petunjuk kepada Dewata yang Agung sekaligus membersihkan diri dari dosa yang kita panen selama ini. Aku tak mau dalam kematian kita nanti dosa-dosa akan membebani jiwa dan raga. Aku takut bumi tak mau menerima jasad kita sementara langit menolak jiwa kita. Ziarah pertobatan akan kita lakukan dengan sebaik-baiknya,” papar Duryodana penuh dengan keyakinan.

~oOo~

Kini, gantian hati Banowati yang gelisah. Aku tak mau berpisah dengan Arjunaku. Setelah melaksanakan ziarah pertobatan apakah berarti aku harus mengakhiri hubungan terlarangku dengan Arjuna. Bisakah? Ia jadi teringat pertemuannya yang terakhir dengan Arjuna.

“Tiba-tiba aku menyesali dosa-dosa yang menyertai cinta kita ini, Jun. Kenapa aku mengkhianati suami sebaik Duryodana, sih? Bahkan sampai bertahun-tahun seperti ini. Kamu juga menyesal, Jun?” (dalam Perselingkuhan Abadi Banowati dan Arjuna)

Malam itu, ia putuskan bertemu dengan Arjuna untuk memberitahukan rencana Duryodana mengajaknya melakukan ziarah pertobatan di puncak Gunung Mahameru.

Rendezvous dilakukan di tempat favorit mereka.

“Lakukanlah dengan ikhlas apa yang sudah diskenariokan oleh Dewata yang Agung. Nekjika benar kita berjodoh, Dewata pasti sudah mempersiapkan rencana dan kita tinggal menjalaninya saja,” ucap Arjuna.

“Tapi kamu masih mencintaiku kan, Jun?” pekik Banowati cemas.

“Ya… iyalah…. Selama aku masih cemburu, di hatiku pasti tersimpan rindu!” jawab Arjuna, genit.

Mereka berpelukan untuk yang terakhir kalinya. Pertemuan tersebut bukan suatu perpisahan, karena nanti mereka masih akan bertemu. Sekedar menjalankan sebuah lakon sesuai master plan Dewata yang Agung.

~oOo~

Duryodana menggandeng tangan Banowati mendaki lereng Mahameru untuk bisa sampai di puncaknya. Ketika melewati Tanjakan Cinta, ia bopong tubuh Banowati. Sungguh beruntung Banowati mempunyai suami sebaik Duryodana.

Di sekitar Kawah Jonggring Saloka mereka melakukan ritual pertobatan seperti yang telah diajarkan oleh leluhur. Dewata yang Agung mengirim Bathara Narada menjumpai mereka.

Pertobatan mereka pun diterima oleh Dewata yang Agung.