Zaman Batu

Pak Fred Flintstone dan Bu Wilma Pebble adalah sepasang suami istri yang hidup rukun sentosa bersama-sama warga kota prasejarah bernama Prehistoric Town di Bedrock. Ya, Flintstone adalah film kartun karya Hanna-Barbera yang menceritakan keluarga Flintstone di zaman prasejarah atawa masa sebelum masehi. Orang menyebutnya zaman batu.

Meskipun menceritakan zaman batu, namun kartun tersebut dikemas dengan cita-rasa modern seperti ada mobil yang terbuat dari kayu dengan “bahan bakar” ayunan kaki, ada crane bahkan Pak Flintstone pun mengenakan dasi.

Kenyataan di zaman prasejarah, batu memang menjadi andalan manusia yang hidup di zaman tersebut. Untuk berlindung dari sengatan matahari dan dinginnya udara, mereka mencari goa kokoh di bawah gunung batu. Untuk menciptakan api, mereka memantikkan dua buah batu. Untuk berburu mereka membuat senjata tajam dari batu. Saat berperang melawan musuhnya, mereka melontarkan batu-batu besar untuk membobol dan menghancurkan barikade musuh.

Namanya juga zaman batu. Apa pun aktivitasnya…. batu yang menjadi andalannya. Namun, seingat saya, di kartun Flintstone tak ada adegan lemparan batu untuk menyelesaikan masalah yang timbul. Pak Flintstone dan sahabatnya, Barney Rubble meskipun ada konflik nggak pernah tuh main batu.

~oOo~

Hari ini, beribu tahun setelah zaman batu di sebuah negeri yang disebut sebagai Atlantis yang Hilang. Tak sedikit radja ketjilnya berkepala batu. Otak yang terdapat dalam kepala yang terdiri dari miliaran neuron itu seharusnya bersifat lumer, encer, seperti bubur, namun karena berkepala batu, otaknya pun mampat, padat, kaku, dan mudah pecah bekeping-keping. Nggak bisa untuk berpikir lagi. Tak heran, mata yang seharusnya bening dan bersinar berubah menjadi mata kelereng. Gendang telinganya pun membeku menjadi batu. Micêki lan mbudhêgi!

~oOo~

Hari-hari belakangan ini kita kembali ke zaman batu. Zaman di mana para demonstran bersenjatakan batu ketika memprotes rencana kenaikan harga BBM bersubsidi. Tak elok melempari aparat dengan batu-batu itu. Dan lebih tak elok, ketika aparat menyambut batu-batu itu dengan bersiaga perang.

Apakah batu-batu itu tengah mengancam kedaulatan bangsa dan negara?