Wisanggeni si Racun Api

Tak ada tokoh wayang mana pun yang bisa menandingi Arjuna dalam hal penaklukan wanita. Belasan wanita telah menjadi istrinya, di antaranya para bidadari yang tinggalnya di kahyangan tempat di mana para dewa bersemayam. Sudah beristri banyak, Arjuna masih punya istri simpanan plus selingkuhan seperti yang dilakoninya bersama Banowati, istri Duryodana.

Adalah Dewasrani bidadari penghuni kahyangan yang tak lain adalah anaknya Bathari Durga, memendam rasa cemburu berat kepada Desranala yang juga bidadari. Kok cemburu toh mbak? Iya, soalnya Desranala dikawin oleh Arjuna beberapa bulan sebelumnya. Mereka saban hari berbulan madu di awan biru tiada yang mengganggu. Bulan madu di atas pelangi juga. Sak karepmu, namanya juga di kahyangan.

“Mami, tolong pisahin Desranala dari Arjuna dong!” rajuk Dewasrani pada Durga.

“Memang kamu cinta berat pada Arjuna?” goda Durga pada anak perempuannya itu.

Maka, Durga menghadap suaminya yang tak lain adalah Bathara Guru. Permintaan Durga diturutinya lalu ia memanggil Bathara Brama – sang dewa api, untuk merealisasikan keinginan Durga. Brama sebagai bawahan tentu saja sendika dhawuh saja atas titah atasannya. Brama pun memanggil anaknya, ya si Dresnala itu, bersama dengan Arjuna.

“Jun, untuk sementara kamu turun ke bumi. Istrimu diminta Bathara Guru menjadi seorang penari di kahyangan. Nah, tentu saja Dresnala kudu banyak latihan tari dulu. Dari  pada kamu menunggu lama, lebih baik pulang ke bumi. Piye?” tanya Brama.

Inggih, saya manut saja,” sembah Arjuna. Ia tak menaruh curiga. Sesungguhnya ia senang juga bisa kembali ke bumi, soalnya para istrinya yang lain kangen kepadanya.

~oOo~

Arkian, Brama pun menumpahkan kemarahan kepada Dresnala ketika ia menolak bercerai dari Arjuna. Lha piye, Dresnala kadung cinta pada suaminya itu dan ini alasan yang pokok kalau ia tengah berbadan dua! Bathara Brama ngamuk, dan memaksa Dresnala menggugurkan kandungan. Dresnala menolak. Brama pun makin naik pitam. Tanpa rasa kasihan, ia tonjok perut anaknya. Dresnala meronta kesakitan. Perutnya mulas.

Bayi Dresnala lahir prematur!

Brama kalap. Tak peduli kalau bayinya itu cucunya sendiri, ia angkat tubuh mungil itu dan dilemparkan ke dalam kawah Candradimuka di Gunung Jamurdipa.

Dari kejauhan Bathara Narada menyaksikan kebengisan seorang kakek yang tega memisahkan hubungan perkawinan anaknya dan bahkan tega membunuh cucunya sendiri.

“Ah, aku jadi ingat kisah Bang Maman dari Kali Pasir yang tega menceraikan Ijah anaknya, dari Salim suaminya!” kata Narada dalam hati. Namun, ia tak tinggal diam. Ia segera menuju ke kawah Candradimuka untuk menyelamatkan sang jabang bayi.

~oOo~

Syahdan, betapa terkejutnya Narada ketika ia mendapati bayi itu berenang di dalam kawah yang panas membara. Semakin lama bayi itu semakin membesar dan jadilah seorang pemuda tampan. Narada menyuruh pemuda itu mentas dari kawah.

“Oalah cah bagus, syukurlah kamu selamat tak kurang suatu apa. Candradimuka yang seharusnya membunuhmu, justru malah membuatmu hidup!” tutur Narada.

“Mengapa aku ada di sini kek?” tanya pemuda itu. Narada pun menceritakan sebuah kisah hingga dirinya dibuang oleh Bathara Brama ke kawah Candradimuka. “Untuk itu, kamu aku beri nama Wisanggeni, yang artinya racun api. Wis, sekarang buatlah perhitungan dengan mereka yang berniat jahat kepadamu!”

Wisanggeni yang sakti mandraguna itu pun segera melesat ke kahyangan. Ia menemui Bathara Guru dan kakeknya. Ia mengobrak-abrik kahyangan. Akhirnya Bathara Guru dan Brama mengaku salah. Wisanggeni menemui ibunya minta restu untuk bertemu dengan bapaknya.

~oOo~

Sampai di bumi, Wisanggeni tidak kesulitan menemukan keberadaan Arjuna. Saat itu para Pandawa sedang bercengkrama di Kerajaan Amarta.

“Papi, terimalah salam damai sejahtera dari anakmu,” kata Wisanggeni di hadapan Arjuna.

“Kamu mengaku anakku? Kamu lahir dari rahim siapa?” tanya Arjuna, sambil mengingat-ingat adakah anaknya yang seumuran dengan Wisanggeni. Maklum, anaknya Arjuna berlusin-lusin.

“Aku lahir dari rahim Dresnala!” jawabnya tegas.

Nggak mungkin! Beberapa hari yang lalu ketika aku tinggalkan ia masih hamil. Kok tiba-tiba kamu mengaku anaknya Dresnala. Jangan-jangan dari suaminya yang dulu? Oh, rupanya Dresnala mengelabuhi diriku!” kata Arjuna.

“Papi telah menghina mami!” tukas Wisanggeni.

Arjuna mengusir Wisanggeni supaya pergi dari hadapannya. Wisanggeni tak terima diperlukan hina seperti itu. Terjadilah perang tanding Wisanggeni versus Arjuna. Seru! Arjuna kalah. Pandawa yang lain ikut menyerang Wisanggeni, namun sama nasibnya. Mereka juga takluk di kaki Wisanggeni.

Bathara Narada tiba di TKP. Ia menjelaskan siapa sebenarnya Wisanggeni itu.

Arjuna pun mengakui Wisanggeni sebagai anaknya. Bapak-anak itu pun saling berpelukan.

Tancep kayon!