Wajah perempuan itu berkilau di benaknya

Iring-iringan lima kendaraan keluarga besar Pandawa hampir tiba di tempat tujuannya. Mumpung sedang punya waktu senggang, mereka memanfaatkan peluang itu untuk berkumpul dan menikmati kebersamaan. Kekerabatan mereka memang erat, sejak mereka masih kanak-kanak hingga beranak pinak.

Yudhistira, Bima, Arjuna dan adik kembar mereka Nakula dan Sadewa masing-masing telah beristri dan punya anak. Hanya Bima dan Arjuna yang punya istri lebih dari satu, bahkan jumlah istri Arjuna tak cukup jika dihitung dengan jemari kedua tangan. Tak heran, dari iring-iringan kendaraan tersebut, hanya Arjuna yang menggunakan bus besar. Maklum, ia membawa lima belas istri dan anak-anak mereka.

Tujuan wisata mereka kali ini adalah Amarta Park, sebuah wahana wisata yang diapit oleh tiga gunung. Amarta Park adalah tempat tetirah bagi orang yang ingin menyegarkan fikiran.

Arjuna yang didapuk sebagai penanggung jawab wisata keluarga itu memberikan kebebasan kepada keluarga besarnya menikmati wahana yang ada, yang penting sebelum matahari terbenam mereka sudah berkumpul kembali di tempat parkir.

Sebagian anak turun Pandawa sudah beranjak remaja, seperti Gatotkaca anak Bima dari Arimbi atawa Pergiwa anak Arjuna yang lahir dari rahim Manuhara. Entah siapa yang memulai, kok Gatotkaca dan Pergiwa memisahkan diri dari rombongan keluarga besarnya, mereka memilih berduaan di taman yang jauh dari keramaian orang.

“Mas Gatot, apakah keluarga besar kita nanti nggak menentang hubungan percintaan kita?”

“Loh, memangnya kenapa?”

“Kita kan sepupuan.”

Hening. Tapi gejolak cinta mereka yang tumbuh sejak beberapa minggu lalu telah mulai bermekaran di hati mereka.

Syahdan, Gatotkaca dimintai tolong oleh Arjuna untuk menjemput Pergiwa dan ibunya yang saat itu tengah berada di Padepokan Andong Sumiwi milik Begawan Sidik Wacana1, ayah Manuhara. Nah, di sana Gatotkaca terperangah mendapatkan seorang gadis cantik yang bernama Pergiwa yang tak lain adalah sepupunya sendiri. Mereka jatuh cinta pada pandangan pertama. Dan sejak saat itu mereka menjalin hubungan asmara secara diam-diam. Maka kepergian bersama keluarga besarnya ke Amarta Park mereka sambut dengan suka-cita.

“Tenang Pergiwa, aku akan membicarakan hubungan kita dengan ayah dan ibuku. Mudah-mudahan mereka merestuinya.

“Aku berharap demikian, mas.”

Sejoli yang tengah dimabuk cinta itu makin larut dalam romansa percintaan mereka. Tak sungkan mereka saling bergandeng tangan atawa berlarian di bawah langit biru. Puncak Gunung Mahameru menjadi latar belakang ketika mereka saling berpelukan.

Senja menghentikan segala yang indah bagi yang sedang jatuh cinta.

Pergiwa dibawa kembali oleh ibunya ke Padepokan Andong Sumiwi. Tempat yang sangat jauh dari Pringgondani, istana Dewi Arimbi tempat Gatotkaca tinggal selama ini.2

Rasa cintanya kepada Pergiwa adalah siksaan yang terus-menerus dirasakannya. Tak ada tempat di hati dan fikirannya yang tak ada bayangan Pergiwa. Jika mata Gatotkaca terpejam, siksaan rindu itu akan menghebat membebat ulu hatinya. Tak sekejap pun ia mampu mengenyahkan diri dari bayangan Pergiwa.

Apakah ia merasakan hal yang sama sepertiku?

Catatan kaki:
1Dalam pewayangan Jawa, sejak kecil Pergiwa dan adik kembarnya yang bernama Pergiwati tinggal di pertapaan Andong Sumiwi bersama ibu dan kakeknya, Begawan Sidik Wacana ayah Manuhara. Setelah remaja, mereka meninggalkan pertapaan pergi ke Kerajaan Mandura mencari Arjuna, ayah kandung mereka.
2Perjalanan cinta Gatotkaca dan Pergiwa berjalan mulus. Gatotkaca menikahi Pergiwa saat ia sudah menjadi Raja Pringgondani menggantikan ibunya. Dari perkawinan tersebut, mereka mempunyai anak yang bernama Arya Sasikirana.