Untuk Perempuan yang Sedang di Pelukan

Majalah Tempo edisi 7 Januari 2013 memilih tokoh seni 2012. Ada empat kategori yang dipilih, yakni Musik, Sastra, Seni Rupa dan Teater. Dalam kategori musik, Tempo menobatkan Dunia Batas (milik Payung Teduh) sebagai album terbaik. Musik milik Payung Teduh – grup musik yang asing di telinga saya, mendapatkan puja-puji dari tim juri yang menyeleksi lebih dari seratus album dalam pelbagai genre dari rock, pop, jazz hingga reggae.

Didasari oleh rasa penasaran, maka saya pun berburu album Payung Teduh. Saya beruntung menemukan CD-nya di salah satu rak Harika Musik. Album yang dirilis di bawah bendera Ivy League Music ini diberi nama Dunia Batas, berisi delapan lagu yakni Berdua Saja, Menuju Senja, Untuk Perempuan yang Sedang di Pelukan, Rahasia, Angin Pujaan Hujan, Di Ujung Malam, Resah dan Biarkan. Semuanya nyiamik, temponya mengalir pelan, tenang menghanyutkan dan tentu saja terasa meneduhkan. Tak salah jika Tempo memilihnya menjadi album musik terbaik.

Saya kutipkan salah satu syair tembang Payung Teduh yang berjudul Untuk Perempuan yang Sedang di Pelukan:

tak terasa gelap pun jatuh
di ujung malam menuju pagi yang dingin
hanya ada sedikit bintang malam ini
mungkin karena kau sedang cantik-cantiknya

lalu mataku merasa malu
semakin dalam ia malu kali ini
kadang juga ia takut tatkala harus
berpapasan di tengah penantiannya
di malam hari menuju pagi
sedikit cemas banyak rindunya

Bagus banget kan? Payung Teduh sederhana dalam instrumen, tak terjebak dalam romantisme yang klise. Kata pengamat musik Denny Sakrie, romantisme masa lalu yang ditawarkan Payung Teduh lewat album Dunia Batas terasa menyentak di tengah begitu banyak kreativitas pemusik muda sekarang tang sangat well-trained, memiliki visi musik yang advance. Payung Teduh memiliki kekuatan lain yang kerap diabaikan para kreator musik pop kita yakni rasa Indonesia.

Mengutip Tempo, lewat Dunia Batas, Payung Teduh menyuarakan kerinduan akan suatu kesederhanaan dalam hidup. Boleh dibilang, di tengah hiruk-pikuk begitu banyaknya band Indonesia saat ini, sungguh langka kita menemukan grup musik yang dapat memadukan lirik romantis-kontemplatif, penulisan lagu yang indah dan jujur, serta penyampaian vokal yang matang tanpa beban.

Untuk melengkapi artikel Hujan Romantis, saya tambahkan tembang Payung Teduh yang lain, berjudul Angin Pujaan Hujan:

datang dari mimpi semalam
bulan bundar bermandikan sejuta cahaya
di langit yang merah
ranum seperti anggur
wajahmu membuai mimpiku

sang pujaan tak juga datang
angin berhembus bercabang
rinduku berbuah lara